Tiga fakta tentang pembakaran batubara
- Batubara memberi energi bagi kita dalam bentuk panas. Pelepasan panas terjadi karena reaksi eksotermik karbon dalam batubara dengan oksigen di udara untuk membentuk karbon dioksida. Oleh karena itu, jika batubara digunakan untuk menghasilkan panas, maka akan terbentuk karbon dioksida. Sebanyak 3,67 mol CO2 akan terbentuk untuk setiap mol karbon yang dibakar - tidak lebih dan tidak kurang. Reaksi ini telah membuat batubara menjadi suplier energi terbesar. Energi besar ini juga telah menjadikan batubara sebagai produsen CO2 terbesar, gas rumah kaca yang mempengaruhi Pemanasan Global. Ini adalah kebenaran yang tak terelakkan.
- Batubara ada di alam bukan sebagai karbon murni, tetapi sebagai batu mineral yang mengandung sebagian besar karbon, juga abu dan air. Kandungan batubara juga mencakup sejumlah kecil hidrogen, sulfur, dan elemen lainnya. Persentase karbon bervariasi, tergantung pada peringkat batubara dan lokasi tambang. Ketika batubara dibakar, hanya karbon dan hidrogen yang memberikan kontribusi untuk energi panas. Semua komponen lainnya dikonversi menjadi residu (abu) dan emisi gas seperti sulfur dioksida, nitrogen oksida, dan karbon dioksida. Proses ini juga diikuti dengan pelepasan elemen, seperti merkuri, ke atmosfer. Residu dan emisi inilah yang menyebabkan batubara mendapat label "bahan bakar kotor."
- Batubara terletak jauh di bawah permukaan bumi. Untuk menambang atau mencapai lapisan batubara maka lapisan atas tanah harus dipindahkan. Kegiatan ini menghancurkan vegetasi, pohon, dan lahan pertanian. Dan hal ini juga mempengaruhi citra batubara sebagai energi bersih.
Saat ini, ini electrostatic precipitators mengumpulkan hampir semua partikel abu. Unit Flue gas Desulphurization and Selective Catalytic Reduction menangkap sebagian besar emisi.
Abu atau sulfat yang dikumpulkan di unit desulfurisasi selama bertahun-tahun membuat tumpukan besar yang akan mengakibatkan masalah lingkungan. Sebuah pembangkit listrik batubara 600 MW menghasilkan hampir satu juta ton abu dalam tiga tahun. Limbah ini mempengaruhi pertanian, tanah, dan kesehatan masyarakat sekitar.
NOx dan CO
Proses pembakaran itu sendiri menghasilkan beberapa emisi gas yang tidak diinginkan seperti NOx dan CO, meskipun tidak selalu merupakan bagian dari reaksi dasar yang hadir dalam pembakaran sehari-hari. Kemajuan teknologi pembakaran dan filosofi operasi telah menunjukkan pengurangan yang signifikan dari emisi ini. Teknologi telah benar-benar menghilangkan emisi yang tidak diinginkan dan berperan bagi keberhasilan teknologi batubara bersih.
Emisi CO2
CO2 masih dipancarkan ke atmosfer. Skala komersial untuk menangkap CO2 (sistem penyerapan karbon) dan mengirimkannya ke reservoir bawah tanah masih belum layak. Emisi CO2 akan terus menjadi beban utama batubara, kecuali dilakukan reboisasi skala besar untuk menyerap emisi.
Proses Pembakaran Baru
Teknologi canggih seperti Integrated Coal Gasification, Circulating Fluidized Bed Technology, dan pencucian batubara meningkatkan pemanfaatan dan efisiensi pembakaran batubara. Teknologi ini juga memudahkan untuk penangkapan emisi dan residu.
Meskipun menggunakan istilah teknologi batubara bersih, teknologi-teknologi ini sebenarnya hanya membuat pembakaran batubara menjadi bersih.
Pemanfaatan Residu
Memanfaatkan bahan sisa yang ditangkap untuk menggantikan sumber daya alam lainnya, merupakan metode pembuangan lingkungan yang lebih baik. Teknologi seperti:
- Fly ash dicampur dalam semen,
- Menggunakan fly ash untuk blok jalan
- Menggunakan fly ash untuk membuat batu bata
- Menggunakan sulfat dari desulfurisasi gas buangan untuk membuat papan gipsum
Alam membutuhkan jutaan tahun untuk menyerap karbon kedalam bentuk batubara. Dalam beberapa milidetik, manusia melepaskannya kembali ke atmosfir.
Batubara bersih yang tanpa emisi atau pengaruh pada lingkungan hidup memang mustahil, tetapi batubara bersih adalah suatu keharusan.
0 komentar:
Posting Komentar