Land Clearing
Tahapan pekerjaan penambangan umumnya diawali dengan
mempersiapkan lahan, yaitu mulai dari pemotongan pepohonan hutan, pembabatan
sampai ke pembakaran hasilnya, yang dinamakan land clearing. Jadi land
clearing dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pembersihan material hutan
yang meliputi pepohonan, hutan belukar sampai alang-alang.
Variabel yang mempengaruhi
pekerjaan land clearing yaitu
:
- Pepohonan yang tumbuh
- Kondisi dan daya dukung
tanah
- Topografi
- Hujan dan perubahan cuaca
- Sfesifikasi pekerjaan
Data yang diperlukan untuk menganalisis produksi,
kebutuhan alat dan akhirnya ke biaya meliputi:
- spesifikasi pekerjaan (proyek),
- kondisi lapangan
- biaya alat (beli atau sewa).
- Untuk selanjutnya pembahasan akan fokuskan pada masalah
teknis dan tidak akan menyinggung masalah biaya.
Pengupasan Tanah Penutup
Pengertian
kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yaitu
pemindahan suatu lapisan tanah atau batuan yang berada diatas cadangan
bahan galian, agar bahan galian tersebut menjadi tersingkap. Untuk mewujudkan
kondisi kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yang baik diperlukan alat
yang mendukung dan sistimatika pengupasan yang baik.
Pekerjaan pengupasan lapisan tanah penutup
merupakan kegiatan yang mutlak harus dikerjakan pada pertambangan terutama pada
kegiatan penambangan yang menggunakan sistim tambang terbuka. Kegiatan
pengupasan lapisan tanah penutup ditentukan oleh rencana target produksi,
semakin baik rancangan pada pengupasan lapisan tanah penutup maka rencana
target produksi semakin baik. Untuk mewujudkan kondisi tersebut diperlukan
metode dan alat yang mendukung pengupasan lapisan tanah penutup.
Adapun pola teknis dari pengupasan lapisan
tanah penutup yaitu :
a. Back filling
digging method
Pada cara ini tanah penutup di buang ke
tempat sudah digali.
b. Benching System
Cara pengupasan lapisan tanah penutup dengan sistem
jenjang (benching). Cara ini pada waktu pengupasan lapisan tanah penutup
sekaligus sambil membuat jenjang.
c. Multi Bucket
Exavator System
Pada
pengupasan cara ini tanah penutup dibuang ke tempat yang sudah digali atau ke
tempat pembuangan khusus. Cara ini ialah dengan menggunakan Bucket Wheel Exavator ( BWE.
d. Drag Scraper System
Cara ini biasanya langsung diikuti dengan
pengambilan bahan galian setelah tanah penutup dibuang, tetapi bisa juga tanah
penutupnya dihabiskan terlabih dahulu, kemudian baru bahan galiannnya
ditambang. Sistem ini cocok untuk tanah penutup yang materialnya lunak dan
lepas (loose).
Pemboran Peledakan
Pemboran dapat dilakukan untuk bermacam-macam tujuan,
antara lain adalah untuk penempatan bahan peledak, pemercontohan (merupakan
metoda sampling utama dalam eksplorasi), dalam tahap development seperti penirisan dan tes pondasi, serta dalam tahap
eksploitasi untuk penempatan baut batuan & kabel batuan. Jika dihubungkan
dengan operasi peledakan, penggunaan terbesar adalah pemboran produksi
(Nurhakim, 2004).
Urutan pekerjan peledakan adalah pemboran, pemuatan bahan
peledak, penyambungan rangkaian peledakan dan penembakan. Prinsip pemboran
adalah mendapatkan kualitas lubang ledak yang tinggi dengan pemboran yang cepat
dan dalam posisi yang tepat. Guna mendapatkan hasil peledakan yang baik, yaitu
volume bongkaran lapisan batuan yang besar dengan fragmentasi yang sesuai untuk
dimanfaatkan serta biaya yang seminimal mungkin (Kartodharmo, 1989).
Pada peledakan jenjang posisi dari suatu lubang ledak
dapat memberikan keuntungan maupun kerugian dalam memperoleh hasil peledakan
yang baik. Dalam upaya menghasilkan fragmentasi batuan yang diinginkan serta
mengurangi terjadinya bahaya flyrock
yang merupakan akibat sampingan dari proses peledakan, maka terlebih dahulu
perlu ditinjau pemakaian arah lubang ledak. Pada perinsipnya terdapat dua cara
untuk membuat lubang ledak, yaitu membor dengan lubang miring dan membor dengan
lubang tegak.
Peledakan
Peledakan merupakan tindak lanjut dari kegiatan pemboran
yang merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk melepas batuan dari
batuan induknya dengan harapan menghasilkan bongkaran batuan yang berukuran
lebih kecil sesuai dengan yang diharapkan sehingga memudahkan dalam proses pendorongan, pemuatan, pengangkutan, dan
konsumsi material (Kartodharmo, 1989).
Sebelum
operasi peledakan dimulai, penentuan letak lubang ledak harus dievaluasi dengan
hati-hati untuk mendapatkan hasil yang optimum
dari bahan peledak yang dipilih. Lebih dari pada itu, penyediaan lubang
ledak yang tepat untuk pembongkaran dengan biaya rendah, karakteristik massa
batuan dan kemampuan pembuatan lubang ledak harus diidentifikasi.
Bahan
peledak adalah suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berbentuk padat,
cair, gas atau campurannya yang apabila dikenai suatu aksi panas, benturan,
gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia eksotermis sangat
cepat yang hasil reaksinya sebagian atau seluruhnya berbentuk gas dan disertai
panas dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih stabil.
Penggalian
dan Pemuatan
Semua
satuan operasi yang terlihat dalam penggalian atau pemindah tanah/batuan selama
penambangan disebut penangan material (material
handling). Pada siklus operasi, dua operasi utama pemuatan dan transportasi
dengan kerekan sebagai operasi optimal ketiga, jika transportasi vertikal
diperlukan.
Pola pemuatan yang digunakan
tergantung pada kondisi lapangan operasi pengupasan serta alat mekanis yang
digunakan dengan asumsi bahwa setiap alat angkut yang datang, mangkuk (bucket) alat gali muat sudah terisi
penuh dan siap ditumpahkan. Setelah alat angkut terisi penuh segera keluar dan
dilanjutkan dengan alat angkut lainnya sehingga tidak terjadi waktu tunggu pada
alat angkut maupun alat gali-muatnya.
Pola pemuatan pada operasi
pengangkutan di tambang terbuka dikelompokkan berdasarkan posisi back hoe terhadap front penggalian dan posisi dump
truck terhadap back hoe. Proses
pemuatan pada operasi penambangan dapat dibagi tiga macam yaitu frontal cut, parallel cut with drive-by, dan parallel
cut with turn and back.
1.
Frontal cut
Back hoe
berhadapan dengan muka jenjang atau front
penggalian. Pada pola ini back hoe
memuat pertama pada dump truck
sebelah kanan sampai penuh dan berangkat, setelah itu dilanjutkan pada dump truck sebelah kiri.
2.
Paralel cut with Drive-by
Back
hoe bergerak melintang dan sejajar
dengan front penggalian. Pola ini
ditetapkan apabila lokasi pemuatan memiliki dua akses dan berdekatan dengan
lokasi penimbunan. Sudut putar rata-rata lebih besar daripada sudut frontal cut, tetapi waktu tunggu bagi back hoe dan dump truck lebih kecil daripada parallel
cut with turn and back.
3.
Parallel cut with turn and back
Parallel
cut with turn and back
terdiri dari dua metode berdasarkan cara pemuatannya, yaitu:
- Single stopping, dump truck kedua menunggu selagi back hoe memuat ke dump truck
pertama. Setelah dump truck pertama
berangkat, dump truck kedua berputar
dan mundur. Saat dump truck kedua
diisi, dump truck ketiga datang dan
menunggu untuk bermanuver dan seterusnya.
- Double stopping, dump truck memutar dan mundur ke salah satu sisi back hoe selagi back hoe memuati dump truck
pertama. Begitu dump truck pertama
berangkat, back hoe mengisi dump truck kedua. Ketika dump truck kedua diisi dump truck ketiga datang dan seterusnya.
Pola pemuatan dapat dilihat dari
beberapa keadaan yang ditunjukkan alat gali-muat dan alat angkut, yaitu :
1. Pola pemuatan berdasarkan jumlah
penempatan posisi alat angkut untuk dimuati terhadap posisi alat gali muat.
- Single back up, yaitu alat angkut memposisikan diri
untuk dimuat pada satu tempat sedangkan alat angkut berikutnya menunggu alat
angkut pertama dimuati sampai penuh, setelah alat angkut pertama berangkat maka
alat angkut kedua memposisikan diri untuk dimuati sedangkan truk ketiga
menunggu, dan begitu seterusnya.
- Double back up, yaitu alat angkut memposisikan diri
untuk dimuati pada dua tempat, kemudian alat gali muat mengisi salah satu alat
angkut sampai penuh setelah itu mengisi alat angkut kedua yang sudah memposisikan
diri di sisi lain sementara alat angkut kedua diisi, alat angkut ketiga
memposisikan diri di tempat yang sama dengan alat angkut pertama dan seterusnya.
2. Pola pemuatan yang didasarkan pada
keadaan alat gali muat yang berada di atas atau di bawah jenjang.
- Top Loading, yaitu alat gali muat melakukan
penggalian dengan menempatkan dirinya di atas jenjang atau alat angkut berada
di bawah alat gali muat
- Bottom Loading, yaitu alat gali muat melakukan
penggalian dengan menempatkan dirinya di jenjang yang sama dengan posisi alat
angkut.
Pengangkutan
(Hauling)
Material
dalam jumlah besar dalam industri pertambangan di transport dengan haulage (pemindahan tanah ke arah
horisontal) dan hoisting (pemindahan tanah ke arah vertikal).
Beberapa bagian dari pengangkutan
ini meliputi :
- Pengangkutan
batubara dari daerah penambangan ke tempat penumpukan (ROM Stockpile/Temporary Stockpile)
- Pengangkutan
waste/overburden ke lokasi waste dump/dump area (baik berupa tanah pucuk/humus ataupun lapisan penutup).
Reklamasi
Revegetasi
dan Reklamasi adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki lahan bekas tambang atau
lahan terbuka, dan pengelolaannya sesudah selesainya penambangan. Reklamasi dan
Revegetasi bertujuan memperbaiki lahan bekas tambang untuk pelestarian lingkungan
dan penanggulangan resiko akibat dampak dari pertambangan. Jadi Revegetasi dan
Reklamasi adalah bagian integral dari rencana keseluruhan operasional
pertambangan secara terpadu dimulai Perencanaan, exsploetasi sampai penggunaan
lahan baru pasca penambangan. Tujuan akhir dari rencana reklamasi adalah untuk
menyakinkan bahwa lahan bekas tambang dikembalikan pada penggunaan yang
produktif (Kartosudjono, 1994)
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Facebook
0 komentar:
Posting Komentar