Sabtu, 27 Oktober 2012

INVESTOR ASING BERMINAT TINGGI INVESTASI BATUBARA DI INDONESIA


Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) menyatakan fenomena akuisisi konsesi lahan pertambangan batu bara Indonesia oleh investor asing menunjukkan masih tingginya minat perusahaan luar negeri di sektor ini. Supriatna Suhala, Direktur Eksekutif Asosiasi, menyatakan besaranya potensi keuntungan dan prospek yang menjanjikan, membuat jumlah perusahaan asing yang mengakuisisi tambang batu bara di Indonesia terus bertambah.Menurut Supriatna, kurangnya modal dan pengalaman perusahaan lokal menjadi pintu masuk perusahaan asing untuk memiliki tambang di Indonesia. Hal ini  menandakan penerbitan Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang dikeluarkan pemerintah daerah kepada perusahaan lokal tidak memperhatikan kemampuan modal perusahaan lokal. Padahal bisnis tambang pertambangan merupakan salah satu sektor yang padat modal dan penuh risiko, terutama pada masa eksplorasi, investor harus siap kehilangan sejumlah uang jika tidak menemukan cadangan. “Karena tidak modal, perusahaan lokal menjual sahamnya karena IUP tidak bisa diperjualbelikan,

Peraturan di masa lalu untuk mendapatkan izin pertambangan jauh lebih sulit karena investor harus membuktikan kemampuan secara finansial dan siap menanggung kerugian jika tidak menemukan cadangan. Investor juga harus punya kemampuan yang mumpuni di sektor pertambangan. “Sekarang, pemerintah daerah kurang memikirkan faktor permodalan yang sebenarnya sangat penting,” .

mengingatkan investor asing untuk lebih dulu melapor pada Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM) jika ingin membeli saham perusahaan Indonesia di sektor pertambangan batu bara. Ini diperlukan karena akuisisi tambang oleh asing masuk dalam Penanaman Modal Asing yang harus diketahui oleh pemerintah pusat.

Direktur Eksekutif Masyarakat Batubara Indonesia, menilai tingginya minat investor asing ke bisnis batu bara di Indonesia karena sektor ini masih prospektif. Perlambatan ekonomi China yang mendorong penurunan permintaan batu bara dinilai hanya bersifat sementara sebab kebutuhan energi di dunia termasuk batu bara ke depan akan tetap tumbuh. "Lagipula konsumen batu bara Indonesia bukan hanya China, tapi ada juga India yang kebutuhan batu baranya dari tahun ke tahun meningkat," .

Tingginya jumlah IUP yang dikeluarkan pemerintah daerah pascapenerapan otonomi daerah menurut Singgih, telah membuka peluang asing untuk masuk dalam pengelolaan batu bara di Indonesia.  Perusahaan tambang asing  masuk menguasai tambang kecil dengan membiayai perusahaan-perusahaan tambang lokal yang kesulitan pendanaan. "Jumlah IUP batu bara  yang sudah diterbitkan pemerintah daerah mencapai 3.700 izin," 

 kewajiban divestasi  minimal 51% saham secara bertahap bagi perusahaan tambang asing yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengontrol kepemilikan asing di tambang batu bara.

Perusahaan asing yang baru saja melakukan akuisisi tambang di Indonesia adalah Sakari Resources Limited. Perusahaan tambang batu bara yang terdaftar di bursa Singapura tersebut telah menandatangani Heads of Agreement (HoA) untuk mengakuisisi enam IUP yang berlokasi di Kalimantan Timur dan Jambi

Sakari Resource menyebutkan dalam perjanjian tersebut perusahaan akan membiayai kegiatan eksplorasi yang akan dimulai Agustus ini . “Jika ditemukan cadangan yang memuaskan proses akuisisi akan dilanjutkan,” 
Sakari menempatkan dana deposit US$ 2 juta dan jika proses akuisisi dilanjutkan perusahaan akan membayar tambahan US$ 2 juta ditambah komponen ekuitas yang diperlukan setelah merujuk hasil eksplorasi yang dilakukan. Total dana yang harus dikeluarkan untuk proses akuisisi ini ditaksir mencapai US$ 60 juta untuk total 29 ribu hektare wilayah konsesi yang terletak didekat tambang milik perusahaan di Jembayan, Kalimantan Timur.


Perjanjian itu dilakukan oleh PT Separi Energy, anak usaha Sakari Resources, dengan Rudy Ong Chandra dan Hairil Hasmy selaku pemilik. Dalam HoA tersebut, Separi Energy bisa memiliki 100% saham di PT Sepiak Jaya Kaltim, PT Cahaya Bara Kaltim, PT Bunga Jadi Lestari and PT Anugerah Pancaran Bulan, yang merupakan pemegang IUP.

Exalt Resources Ltd, perusahaan tambang batu bara yang tercatat di Bursa Australia, juga telah menandatangani perjanjian jual beli untuk mengakuisisi 100% saham Odni Holdings (Pte) Ltd, perusahaan tambang asal Singapura yang sejak 2012 berinvestasi di pertambangan batu bara  Indonesia. Odni memiliki 50% saham atas 11 konsesi batu bara Sugico Sumatera Selatan dengan luas konsesi sekitar 250 ribu hektare.

Exalt juga akan memperoleh hak-hak untuk mengakuisisi tiga area konsesi Odni di Kalimantan Timur dengan porsi saham 100% milik Odni dan satu area konsesi di Kalimantan Tengah. Di Papua barat Odni memiliki 50% saham di dua konsesi seluas 39 ribu hektare.

Perseroan akan meningkatkan modal hingga Aus$ 20 juta untuk modal eksplorasi perdana, akuisisi proyek, penggantian biaya dan modal kerja dan telah merangkul Corpac Partners untuk membantu mengembangkan hubungan dalam negeri, mengidentifikasi dan mengembangkan jalur aset, konsultasi strategis dan berbagai layanan dukungan di Indonesia.

Barry Tudor, CEO dan Managing Director Exalt, menyatakan aksi korporasi tersebut dilakukan untuk memperluas bisnis batu bara mereka di luar Australia. “Akuisisi ini akan memberikan peluang unik bagi Exalt untuk meneliti dan mendapatkan akses ke sejumlah besar konsesi eksplorasi yang berkualitas atas formasi batu bara Indonesia” jelas Tudor.

Penyelesaian perjanjian jual beli ini mensyaratkan uji tuntas, persetujuan pemegang saham, peningkatan modal minimal US$ 10 juta dan surat tanda persetujuan yang relevan, termasuk dari Bursa Australia. “Kami berfokus di Indonesia karena kami yakin bahwa Indonesia memberikan peluang  terbaik untuk para investor di sektor batu bara pada saat ini” kata Tudor.

Perusahaan batu bara lain asal Australia, Cokal Ltd juga telah menjadi pemilik saham mayoritas langsung dan memiliki kontrol operasional di lima perusahaan yang memiliki IUP eksplorasi batu bara di Indonesia. Cokal menguasai 60% saham PT Bumi Barito Mineral (BBM) dan PT Bornei Bara Prima, 75% saham PT Anugerah Alam Katingan (AAK) dan PT Anugrah Alam Manuhing (AAM), serta 75,2% di PT Silangkop Nusa Raya.

Menurut Departemen Riset IFT, masuknya sejumlah perusahaan asing ke sektor batu bara di Indonesia dikarenakan permintaan komoditas ini yang semakin tinggi. Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, jumlah cadangan batu bara Indonesia diperkirakan mencapai 21,13 miliar ton. Cadangan tersebut akan habis dalam 80 tahun ke depan dengan asumsi tingkat produksi 275 juta ton per tahun untuk tambang terbuka.

Umur cadangan batu bara Indonesia dapat lebih lama dari yang sudah diproyeksikan jika aktivitas eksplorasi batu bara dipercepat. Saat ini, Indonesia masih memiliki sumber daya batu bara sebanyak 105,2 miliar ton.

Permintaan batu bara global dalam beberapa tahun terakhir meningkat pesat disebabkan semakin banyaknya pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang menggunakan bahan bakar batu bara.

Dari dalam negeri, kebutuhan batu bara akan semakin meningkat seiring dengan selesainya proyek pembangkit listrik 10 ribu megawatt tahap I dan II.  PT PLN (Persero), badan usaha milik negara di sektor ketenagalistrikan, mengestimasikan konsumsi  batu bara nasional pada 2014 akan mencapai 95,3 juta ton, meningkat 60% dari konsumsi 2011 sebesar 59,4 juta ton.

Selain itu, pilihan masuknya investor asing ke sektor batu bara adalah mengingat modal investasi yang relatif lebih rendah daripada investasi pada sektor minyak dan gas

0 komentar:

BRO COAL PROJECT

BRO COAL PROJECT

BRO COAL PROJECT

GEG

GEG

GP

CARBON COUNTER

ENERGY NEWS

NEWS

COAL PROJECT

AREA TAKE OVER

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls
Perlu Info Kontak Kami di Email kami:mars4302@yahoo.co.id Hp 082380937425