Batubara merupakan energi yang cukup andal untuk menambah pasokan 
bahan bakar minyak mengingat cadangannya yang cukup besar. Dalam 
perkembangannya, batubara diharapkan dapat menjadi jembatan dari energi 
konvensional (terutama minyak) ke energi non-konvensional yang lebih 
bersih dan dapat diperbarui. Namun kualitas batubara Indonesia yang pada
 umumnya didominasi oleh batubara peringkat rendah (lignit), yaitu 
sekitar 70% dari total sumber daya, belum banyak dieksploitasi karena 
masih mengalami kendala dalam transportasi dan pemanfaatan. Batubara 
peringkat rendah ini mempunyai kandungan air total cukup tinggi sehingga
 nilai kalor menjadi rendah. Dengan demikian diperlukan teknologi khusus
 untuk memanfaatkan batubara peringkat rendah tersebut agar dapat 
bersaing dengan batubara peringkat tinggi yang cadangannya sudah mulai 
menipis.
Bertolak dari kondisi di atas, timbul pemikiran bagaimana 
menanggulangi tingginya kadar air dalam batubara. Apakah air lembab 
dalam batubara dapat di kurangi dengan hanya memanaskan batubara 
tersebut sehingga airnya keluar berupa uap, atau apakah pengurangan 
kadar air dengan cara ini bersifat permanen, artinya akan tetap stabil 
setelah disimpan sekian lama.
Beberapa penelitian untuk mengurangi kadar air telah dilakukan sejak 
tahun 1920-an di Amerika Serikat, Australia, Jepang, dan lain-lain 
(Suwono, 2000). Salah satu di antaranya adalah teknologi Upgraded Brown 
Coal (UBC) yang merupakan teknologi peningkatan kualitas (upgrading) 
batubara peringkat rendah melalui penurunan kadar air total yang 
dikembangkan oleh Kobe Steel Ltd., Jepang. Keuntungan teknologi ini 
antara lain karena proses berlangsung pada temperatur dan tekanan 
rendah. Untuk mencegah masuknya kembali air ke dalam batubara, maka 
dalam proses ditambahkan minyak residu untuk melapisi pori-pori pada 
partikel batubara.
Berdasarkan penelitian proses UBC skala labratorium di Puslitbang 
tekMIRA (Datin, 2002) dan skala bench di Kobe Steel Ltd., Kakogawa, 
Jepang, (Shigehisa, 2000), beberapa batubara peringkat rendah yang 
berasal dari Indonesia dapat ditingkatkan kualitasnya.
Dalam proses UBC, batubara dibuat slurry dengan menggunakan minyak 
tanah yang dicampur dengan minyak residu, kemudian dipanaskan pada 
temperatur 150˚C dan tekanan sekitar 3,5 atm (Deguchi,1999). Batubara 
hasil proses dipisahkan, dikeringkan, dan dibuat briket. Campuran minyak
 tanah dan residu dapat digunakan kembali untuk proses selanjutnya. 
Penambahan minyak residu diperlukan untuk menutup pori-pori batubara 
yang terbuka sehingga air yang telah keluar tidak akan terserap kembali.
PROSES UBC
Air yang terkandung dalam batubara terdiri atas air bebas (free 
moisture) dan air bawaan (inherent moisture). Air bebas adalah air yang 
terikat secara mekanik dengan batubara pada permukaan dalam rekahan atau
 kapiler yang mempunyai tekanan uap normal. Sedangkan air bawaan adalah 
air yang terikat secara fisik pada struktur pori-pori bagian dalam 
batubara dan mempunyai tekanan uap yang lebih rendah daripada tekanan 
normal. Kandungan air dalam batubara, baik air bebas maupun air bawaan, 
merupakan faktor yang merugikan karena memberikan pengaruh yang negatip 
terhadap proses pembakarannya.
Penurunannya kadar air dalam batubara dapat dilakukan dengan cara 
mekanik atau perlakuan panas. Pengeringan cara mekanik efektif untuk 
untuk mengurangi kadar air bebas dalam batubara basah, sedangkan 
penurunan kadar air bawaan harus dilakukan dengan cara pemanasan. Salah 
satu proses dengan cara ini adalah UBC (Upgraded brown coal) yang 
diperkenalkan oleh Kobe Steel Ltd., Jepang. Bagan air proses UBC 
(Kobelco, Ltd., 2000) dapat dilihat pada Gambar 1.
 Gambar 1. Bagan Air Proses UBC
Gambar 1. Bagan Air Proses UBC 
Proses UBC dilakukan pada temperatur sekitar 150˚C sehingga 
pengeluaran tar dari batubara belum sempurna. Untuk itu perlu 
ditambahkan zat aditif sebagai penutup permukaan batubara, seperti 
kanji, tetes tebu (mollase), slope pekat (fuse oil), dan minyak residu. 
Untuk proses UBC, sebagai aditif digunakan minyak residu yang merupakan 
senyawa organik yang beberapa sifat kimianya mempunyai kesamaan dengan 
batubara. Dengan kesamaan sifat kimia tersebut, minyak residu yang masuk
 ke dalam pori-pori batubara akan kering, kemudian bersatu dengan 
batubara.
Lapisan minyak ini cukup kuat dan dapat menempel pada waktu yang 
cukup lama sehingga batubara dapat disimpan di tempat yang terbuka untuk
 jangka waktu yang cukup lama (Couch, 1990). Gambar 2 menunjukan sifat 
permukaan batubara sebelum dan sesudah proses pengeringan.
 Gambar 2.Permukaan Batubara Sebelum dan Sesudah Proses Pengeringan
Gambar 2.Permukaan Batubara Sebelum dan Sesudah Proses Pengeringan 
Proses UBC dilakukan pada temperatur sekitar 150˚C sehingga 
pengeluaran tar dari batubara belum sempurna. Untuk itu perlu 
ditambahkan zat aditif sebagai penutup permukaan batubara, sperti kanji,
 tetes tebu (mollase), slope pekat (fuse oil), dan minyak residu.
Untuk proses UBC, sebagai aditif digunakan minyak residu yang 
merupakan senyawa organik yang beberapa sifat kimianya mempunyai 
kesamaan dengan batubara. Dengan kesamaan sifat kimia tersebut, minyak 
residu yang masuk ke dalam pori-pori batubara akan kering, kemudian 
bersatu dengan batubara. Lapisan minyak ini cukup kuat dan dapat 
menempel pada waktu yang cukup lama sehingga batubara dapat disimpan di 
tempat terbuka untuk jangka waktu yang cukup lama (Couch, 1990). Gambar 2
 menunjukkan sifat permukaan batubara sebelum dan sesudah proses 
pengeringan.
PILOT PLANT UBC PALIMANAN
Berdasarkan MoU antara pemerintah Indonesia melalui Badan Litbang 
Energi dan Sumber Daya Mineral dengan JCOAL, Jepang yang ditandatangani 
pada tanggal 19 Juli 2001, telah dibangun pilot plant proses UBC di 
palimanan, Cirebon, dengan kapasitas 5 ton/hari. Fungsi pilot plant UBC 
ini adalah sebagai :
a. Sarana Penelitian,
b. Sarana pengujian batubara untuk perancangan pabrik skala yang lebih besar, dan
c. Sarana pelatihan bagii operator baru untuk skala komersial.
Pilot plant UBC terdiri atas peralatan utama dan peralatan pendukung.
 Peralatan utama terbagi dalam lima seksi (section) utama, yaitu seksi 
100 (coal preparation), seksi 200 (slurry dewatering), seksi 300 
(coal-oil separation), seksi 400 (oil recovery) dan seksi 500 
(briqueting). Sedangkan peralatan pendukung adalah utility dan sistem 
kontrol.
 Pilot Plant UBC tekMIRA di Palimanan, Cirebon
Pilot Plant UBC tekMIRA di Palimanan, Cirebon 
PERALATAN UTAMA 
1. Seksi 100; penyiapan batubara (coal preparation)
Seksi 100 mempunyai fungsi menggerus batubara ke dalam ukuran yang 
diinginkan, penyimpanan batubara halus, dan penyediaan batubara halus 
untuk seksi 200. Batubara curah sebagai raw material digerus dengan 
menggunakan hammer mill melalui belt conveyor. Batubara halus hasil 
penggerusan berukuran lebih kecil dari 3 mm ditransfer ke coal bunker 
(Y101) dengan menggunakan sistem pneumatik conveyor. Coal bunker 
berfungsi sebagai penyimpanan sementara dan siap untuk mensuplai 
batubara ke seksi 200. Selanjutnya batubara halus dari coal bunker 
ditransfer ke seksi 200 (V202) dengan menggunakan sistem pneumatik 
conveyor melalui weight hopper (Y102) untuk diketahui beratnya terlebih 
dahulu.
2. Seksi 200; penghilangan air (slurry dewatering)
Seksi 200 mempunyai fungsi membuat slurry, penghilangan kandungan air
 dalam batubara, dan penyediaan slurry batubara yang hilang sebagian 
airnya untuk seksi 300. Batubaa halus didalam V202 dicampur dengan 
campuran minyak tanah dan residu yang disuplai dari V201 untuk 
menghasilkan slurry batubara. Kemudian over flow slurry di dalam V202 
ditransfer ke V203 melalui evaporator (E201) untuk dihilangkan kandungan
 airnya. Selanjutnya over flow slurry yang telah dihilangkan airnya di 
dalam V203 ditransferkan ke V204, yang berfungsi sebagai penyimpanan 
sementara dan siap untuk mensuplai seksi 300. Air dan sebagian minyak 
tanah yang teruapkan dari V203 dan sebagian kecil dari V204 akan 
dikondensasikan dan ditampung dalam V205 untuk dipisahkan antara minyak 
tanah dam air berdasarkan perbedaan berat jenisnya.
3. Seksi 300; pemisahan batubara – minyak (coal – oil separation)
Seksi 300 mempunyai fungsi memisahkan minyak dari slurry batubara 
dengan menggunakan alat screw decanter. Alat ini akan memproses minyak 
hasil pemisahan apabila diperlukan dan penyediaan cake batubara untuk 
seksi 400. Slurry yang telah hilang airnya dari V204 ditransfer ke 
decanter (Z301) untuk memisahkan minyak tanah dari slurry dengan metode 
sentrifugal. Slurry yang telah dipisahkan minyak tanahnya akan berbentuk
 cake dan ditransfer ke seksi 400. Minyak tanah hasil proses pemisahan 
Z301 akan ditransfer ke V301, sebagai penyimpanan sementara. Minyak 
tanah di dalam V301, apabila kandungan batubaranya tinggi, sebelum 
ditransfer ke V201 akan diproses terlebih dahulu di dalam V302 untuk 
dipisahkan batubaranya. Namun jika kandungan batubaranya rendah, maka 
dapat langsung ditransfer ke V201.
4. Seksi 400; rekoveri minyak (oil recovery)
Seksi 400 mempunyai fungsi mendapatkan batubara halus yang telah 
meningkat kualitasnya melalui proses recovery minyak di dalam cake 
batubara yang disediakan dari seksi 300 dengan menggunakan alat rotating
 steam tube dryer (D401). Cake dari seksi 300 disimpan didalam Y401, 
sebagai penyimpanan sementara. Prinsip kerja alat rotating steam tube 
dryer adalah batubara yang lewat dipanaskan dengan menggunakan steam 
yang dibantu dengan sirkulasi gas untuk membawa uap minyak yang 
dihasilkan. Cake dari dari Y401 ditransferkan ke rotating steam tube 
dryer (D401) melalui screw conveyor untuk menghilangkan minyak tanah 
yang masih terkandung di dalam cake. Cake yang keluar dari D401 akan 
berubah menjadi serbuk UBC dan ditransferkan ke dalam seksi 500 (Y501) 
melalui screw dan bucket conveyor.
5. Seksi 500; pembuatan briket (briquetting)
Seksi 500 mempunyai fungsi membuat briket dengan menggunakan double 
roll briquetting machine (Z501). Serbuk UBC yang disimpan di dalam Y501 
ditransfer ke dalam mesin briket (Z501) untuk dibriket melalui screw dan
 bucket conveyor . Briket yang dihasilkan dari Z501 disortir terlebih 
dahulu dengan menggunakan Z502. Briket yang disortir oleh Z502 dikirim 
kembali ke dalam Z501 untuk dibuat briket melalui return screw dan 
bucket conveyor .
PERALATAN PENDUKUNG 
1. Utility
Utility berfungsi untuk mendukung proes UBC, terdiri atas bioler 
(steam), nitrogen generator (N2), cooling water supply (CWS), instrument
 air (IA), dan generator set.
2. Sistem kontrol pusat
Sistem kontrol mempunyai fungsi untuk mengontrol kegiatan pada pilot 
plant, baik dalam proses maupun utulity. Sistem control ini mencakup 
distribusi arus listrik, instrumentasi, dan sistem data.
HASIL PERCOBAAN
Dari beberapa percobaan yang telah dilakukan terhadap batubara 
peringkat rendah Indonesia diperoleh hasil sebagaimana tercantum pada 
Tabel 1.
 Tabel 1. Analisis batubara sebelum dan setelah proses UBC
Tabel 1. Analisis batubara sebelum dan setelah proses UBC 
Batubara hasil proses UBC dapat dikatakan kering jika air total sama 
dengan air lembab, sementara kondisi equilibrium moisture adalah kadar 
air setelah mencapai kesetimbangan. Kadar air lembab batubara hasil 
proses UBC turun secara signifikan sehingga nilai kalor menjadi naik 
menyamai batubara bituminous. Proses UBC tidak mengubah kandungan abu 
dan belereng dalam batubara tersebut. Hasil pengujian briket UBC dapat 
dilihat pada Tabel 2.
 Tabel 2. Hasil pengujian briket UBC
Tabel 2. Hasil pengujian briket UBC 
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa kuat tekan briket batubara hasil 
proses UBC cukup tinggi, yaitu 60,4 kg/cm2. Sementara hasil pengujian 
drop shutter test menunjukan, briket UBC cukup baik mengingat pecahan 
terbanyak didapat pada fraksi terbesar.
KEEKONOMIAN
Hasil studi ekonomi proses UBC skala pilot menunjukan bahwa biaya 
proses untuk 1 ton batubara raw adalah US$ 8.8. Untuk pembangunan pabrik
 UBC skala komersial dengan kapasitas produk 5000 ton/hari diperlukan 
biaya US $ 82 juta, dapat dilihat pada tabel 3.
 Tabel 3. Keekonomian UBC
Tabel 3. Keekonomian UBC 
PROGRAM UBC DI INDONESIA
Teknologi UBC di Indonesia dimulai dengan dibangunnya pilot plant di 
Palimanan, Cirebon yang telah mulai beroperasi sejak tahun 2003 dengan 
kapasitas 5 ton/hari. Tahun 2006 akan dibangun pabrik UBC skala demo 
dengan kapasitas 1.000 ton/hari yang akan mulai beroperasi tahun 2008. 
Skala komersial dengan kapasitas 5.000 ton/hari atau 1,7 juta ton/tahun 
diharapkan mulai dibangun pada tahun 2009 dan beroperasi pada tahun 
2010. Pada tahun 2025 diharapkan telah ada 14 pabrik UBC skala komersial
 dengan kapasitas masing-masing 1,7 ton/hari sehingga pada tahun 
tersebut kurang lebih 24 juta ton/tahun batubara peringkat rendah 
Indonesia telah dapat ditingkatkan kualitasnya dan dapat diekspor untuk 
menambah devisa negara.
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Facebook
 
0 komentar:
Posting Komentar