Selain analisis kimia, juga dilakukan sejumlah tes untuk menentukan parameter fisik batubara, seperti uji densitas relatif , distribusi ukuran partikel, dll.
1. Densitas relatif:
Densitas relatif batubara tergantung pada rank dan mineral pengotornya. Data densitas relatif diperlukan untuk membuat sampel komposit dalam menentukan banyaknya asap (seam). Selain itu diperlukan juga sebagai faktor penting dalam mengubah cadangan batubara dari unit volume menjadi unit massa.
Penentuan
dilakukan dengan menghitung banyaknya kehilangan berat pada saat
dicelupkan ke dalam air. Cara terbaik adalah dari data berat batubara
dengan menggunakan piknometer. Grafik di bawah ini memberikan hubungan
antara densitas relatif terhadap kandungan abu untuk batubara dan serpih
karbon di cekunagn Agades.
2. Distribusi Ukuran Partikel:
Distribusi
ukuran pertikal pada batubara yang rusak tergantung pada metode
penambangan, cara penanganannya, serta derajat perekahan material
tersebut. Distribusi ukuran merupakan faktor kritis yang dapat
menunjukkan bagian tumbuhan penyusunnya. Penentuan dilakukan dengan
metode ayakan. Grafik data pengeplotan menghasilkan data rata-rata
ukuran partikel dan derajat keseragaman partikel.
3. Uji Pengapungan (Float-sink testing):
Uji
ini dilakukan untuk menentukan distribusi densitas partikel sampel
dengan cara mencelupkan sampel batubara ke dalam larutan yang diketahui
densitas relatif. Selain itu dilakukan juga penelitian lain seperti
penghitungan energi spesifik.
Larutan
yang digunakan biasanya mempunyai densitas berkisar antara 1,3 – 2,0.
Campuran larutan organik ini antara lain tetrabromoethane (R.D.2,89),
perchlorethylene (R.D.1,60), dan Toluena (R.D.1,60) yang sering
digunakan karena viscositasnya rendah dan sifat pengeringan yang baik.
Grafik
yang diplot menunjukkan persentase material yang mengapung dan yang
tenggelam yang dihitung dalam basis kumulatif. Akhirnya dapat digunakan
untuk menentukan fraksi pengapungan dengan kandungan spesifik abu.
4. Uji Kerusakan Serpih (Shale breakdown test):
Ada beberapa
masalah pada saat ekstraksi batubara, misalnya akibat pengotor (abu,dll)
yang biasanya diakibat oleh hadirnya mineral lempung, contoh
montmorilonit pada komponen non-batubara. Jumlah shale breakdown didapat
dari proporsi material yang ditentukan dengan analisis sedimentasi
residu.
UJI LAINNYA UNTUK KARBONISASI
Karbonisasi adalah proses pemanasan batubara pada temperatur beberapa ratus derajat untuk menghasilkan material-material:
- Padatan yang mengalami pengayaan karbon yang disebut coke.
- Larutan yang merupakan campuran hidrokarbon “tar” dan amoniacal liquor.
- Hidrokarbon lain dalam bentuk gas yang didinginkam ke temperatur normal.
1. Free Swelling Index:
Tes ini dilakukan
untuk menentukan angka peleburan dengan cara memanaskan sejumlah sampel
pada temperatur peleburan normal (kira-kira 800°C). Setelah pemanasan
atau sampai semua semua volatile dikelurkan, sejumlah coke tersisa dari peleburan. Swelling number dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel dan kecepatan pemanasan.
2. Tes karbonisasi Gray-King dan tipe coke:
Tes Gray-King
menentukan jumlah padatan, larutan dan gas yang diproduksikan akibat
karbonisasi. Tes dilakukan dengan memenaskan sampel didalam tabung
tertutup dari temperatur 300°C menjadi 600°C selama 1 jam untuk
karbonisasi temperatur rendah atau dari 300°C menjadi 900°C selama 2 jam
untuk karbonisasi temperatur tinggi.
3. Tes Karbonisasi Fischer:
Prinsipnya sama
dengan metode Gray-King, perbedaan terletak pada peralatan dan kecepatan
pemanasan. Pemanasan dilakukan di dalam tabung alumunium selama 80
menit. Tar dan liquor dikondensasikan ke dalam air dingin.
Akhirnya didapatkan persentase coke, tar dan, air sedangkan jumlah gas
didapat dengan cara mengurangkannya. Tes Fischer umum digunakan untuk
batubara rank rendah (brown coal dan lignit) untuk karbonisasi temperatur rendah.
Data perbandingan Tes Gray-King dan Fischer:
4. Plastometer Gieseler:
Plastometer
Gieseler adalah viskometer yang memantau viscositas sampel batubara yang
telah dileburkan. Dari tes ini direkam data-data sbb:
- Initial softening temperature.
- Temperatur viscositas maksimum
- Viskositas maksimum.
- Temperatur pemadatan resolidifiation temperatur.
5. Indeks Roga:
Indeks Roga menyatakan caking capacity. Ditentukan dengan cara memanaskan 1 gram sampel batubara yang dicampur dengan 5 gram antrasit pada 850°C selama 15 menit.
6. Tes lain yang dilakukan:
Biasanya dilakukan untuk menentukan:
- Komposisi kimia (analisis proksimat, total belerang, analisis abu,dll)
- Parameter fisik (distribusi ukuran, densitas relatif)
- Uji kekuatan.
- Tes Metalurgi.
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Facebook
0 komentar:
Posting Komentar