Sebelum masuk pada jenis – jenis batubara terlebih dahulu perlu untuk diketahui apa itu batubara.
Batubara terbentuk dari endapan organik
yaitu sisa – sisa tumbuhan – tumbuhan yang terjadi selama beberapa
ratus juta tahun yang lalu yang mengalami pengubahan melalui proses
pembatubaraan. Pengertian umum dari batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar. Dan pada dasarnya terdiri dari karbon, oksigen dan nitrogen.
Ada 2 teori yang menerangkan terjadinya batubara yaitu :
Teori In-situ :
Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan
dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai
dengan teori in-situ lazimnya terjadi di hutan basah dan berawa,
sehingga pohon-pohon di hutan tersebut pada saat mati dan roboh,
langsung tenggelam ke dalam rawa tersebut, dan sisa tumbuhan tersebut
tidak mengalami pembusukan secara sempurna, dan akhirnya menjadi fosil
tumbuhan yang membentuk sedimen organik.
Teori Drift :
Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan
yang bukan di tempat dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang
terbentuk sesuai dengan teori drift biasanya terjadi di delta-delta,
mempunyai ciri-ciri lapisan batubara tipis, tidak menerus (splitting),
banyak lapisannya (multiple seam), banyak pengotor (kandungan abu
cenderung tinggi). Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap
yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan).
Tahap penggambutan (peatification) adalah
tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang terakumulasi tersimpan dalam
kondisi bebas oksigen (anaerobik) di daerah rawa dengan sistem
pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 -
-[10 meter. Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan unsur H, N, O,
dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus.
Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi diubah menjadi gambut
(Stach, 1982, op cit Susilawati 1992).
Tahap
pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi, kimia,
dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang
menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik
dari gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992). Pada tahap ini
prosentase karbon akan meningkat, sedangkan prosentase hidrogen dan
oksigen akan berkurang (Fischer, 1927, op cit Susilawati 1992). Proses
ini akan menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat kematangan
material organiknya mulai dari lignit, sub bituminus, bituminus, semi
antrasit, antrasit, hingga meta antrasit.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi proses pembetukan batubara yaitu: umur, suhu dan tekanan.
Mutu endapan batubara juga ditentukan oleh
suhu, tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai
'maturitas organik. Pembentukan batubara dimulai sejak periode
pembentukan Karbon (Carboniferous Period) dikenal sebagai zaman batubara
pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang
lalu. Proses awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut/peat
(C60H6O34) yang selanjutnya berubah menjadi batubara muda (lignite) atau
disebut pula batubara coklat (brown coal). Batubara muda adalah
batubara dengan jenis maturitas organik rendah. Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan
secara continue selama jutaan tahun, maka batubara muda akan mengalami
perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan
mengubah batubara muda menjadi batubara sub-bituminus (sub-bituminous).
Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung sampai batubara menjadi
lebih keras dan warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus
(bituminous) atau antrasit (anthracite). Dalam kondisi yang tepat,
peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung
hingga membentuk antrasit.Maturitas organik sebenarnya menggambarkan
perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk batubara, dalam
proses pembatubaraan.Sementara itu semakin tinggi peringkat
batubara, maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen dan
oksigen akan berkurang. Disebabkan tingkat pembatubaraan secara umum
dapat diasosiasikan dengan mutu atau mutu batubara, batubara bermutu
rendah yaitu batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah seperti
lignite dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh
dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat kelembaban
(moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga kandungan
energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan
semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat.
Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya
akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar.
Dari tinjauan beberapa senyawa dan unsur
yang terbentuk pada saat proses coalification (proses pembatubaraan),
maka dapat dikenal beberapa jenis batubara yaitu:
- Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
2. Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya.
3. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
4. Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya.
5. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.
CIRI CIRI NYA SEBAGAI BERIKUT
1. Peat/ gambut, (C60H6O34) dengan sifat :
· Material belum terkompaksi
· Mernpunyai kandungan air yang sangat tinggi
· Mempunvai kandungan karbon padat sangat rendah
· Mempunyal kandungan karbon terbang sangat tinggi
· Sangat mudah teroksidasi
· Nilai panas yang dihasilkan amat rendah.
2. Lignit/ brown coa, (C70OH5O25 ) dengan ciri :
· Material terkornpaksi namun sangat rapuh
· Mempunyai kandungan air yang tinggi
· Mempunyai kandungan karbon padat rendah
· Mempunyai kandungan karbon terbang tinggi
· Nilai panas yang dihasilkan rendah.
3. Subbituminous (C75OH5O20) - Bituminous (C80OH5O15) dengan ciri :
· Material sudah terkompaksi
· Mempunyai kandungan air sedang
· Mempunyai kandungan karbon padat sedang
· Mempunyai kandungan karbon terbang sedang
· Sifat oksidasi rnenengah
· Nilai panas yang dihasilkan sedang.
4. Antrasit (C94OH3O3) dengan ciri :
· Material terkompaksi dengan kuat
· Mempunyai kandungan air rendah
· Mempunyai kandungan karbon padat tinggi
· Mempunyai kandungan karbon terbang rendah
· Relatif sulit teroksidasi
· Nilai panas yang dihasilkan tinggi.
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Facebook
0 komentar:
Posting Komentar