PENYELIDIKAN LANJUTAN BAHAN GALIAN INDUSTRI DI DAERAH KECAMATAN TABIR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI
Oleh :
A. F. Yusuf, Iwan Z.G., dan Zulfikar
Subdit Non Logam
SARI
Daerah
penyelidikan secara administrasi termasuk ke dalam wilayah Kecamatan
Tabir Kabupaten Merangin, serta Kecamatan Pelepat dan Rantau Keloyang,
Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Sedangkan secara geografis daerah ini
terletak di antara garis koordinat 1o 35’ – 2o 00’ Lintang Selatan dan 102o 05’ – 102o 35’ Bujur Timur. Luas daerah yang diselidiki adalah sekitar 182.700 hektar.
Daerah
penyelidikan secara geologi disusun oleh berbagai macam batuan dari
batuan sedimen, batuan beku, batuan volkanik (gunung api) hingga endapan
aluvium. Batuan
tertua yang terdapat di daerah ini adalah batuan dari Formasi Pelepat,
dan Formasi Mangkerang. Kelompok batuan ini berumur Perem yang kemudian
diterobos oleh batuan beku berupa granit, granodiorit, sienit, dan
diorit, yang berumur Jura, serta retas-retas andesit dan basal yang
berumur Kapur. Di atasnya secara tidak selaras diendapkan Formasi
Talangakar berumur Oligosen. Kemudian di atasnya secara selaras
diendapkan Formasi Gumai berumur Miosen Bawah, Formasi Airbenakat
berumur Miosen Tengah dan Formasi Muaraenim berumur Miosen Atas.
Selanjutnya di atasnya diendapkan lagi secara tidak selaras Formasi
Kasai berumur Pliosen dan batuan volkanik dari Formasi Bukitpunjung yang
berumur Plistosen. Paling atas diendapkan batuan termuda berupa endapan undak sungai, rawa, dan alluvium.
Struktur
geologi yang terdapat di bagian barat daerah penyelidikan adalah sesar
normal yang sebagian besar berarah baratlaut – tenggara dan sebagian
kecil berarah timurlaut – baratdaya. Sedangkan di bagian timur daerah
penyelidikan terdapat sinklin di sekitar Ulak Makam dengan arah umum
baratlaut – tenggara.
Bahan
galian non logam yang dijumpai di daerah penyelidikan antara lain
adalah granit, bentonit, lempung, andesit, sirtu, kaolin, dan felspar.
Bahan
galian granit umumnya terdapat di bagian barat daerah penyelidikan di
wilayah Kecamatan Pelepat, Kabupaten Bungo, umumnya telah mengalami
pelapukan kuat, hanya dijumpai bongkah-bongkah yang terdapat di
sepanjang alur sungai.
Bentonit
terdapat di sekitar desa Kotorayo, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin.
Luas sebaran sekitar 20 hektar dengan ketebalan bervariasi antara 0,5
– 2 meter dengan mutu secara kenampakan di lapangan juga bervariasi.
Lempung
tersebar cukup luas sekitar 200 hektar, terdapat di daerah Sidomakmur,
Sidolego, sampai Mampun, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin Sebagian
telah diusahakan oleh penduduk setempat untuk pembuatan bata merah dan
genteng. Di daerah Kuamang, Kecamatan Rantau Keloyang, Kabupaten Bungo
lempung tersebar sekitar 100 hektar.
Andesit terdapat di daerah Rantau Keloyang, berupa bukit-bukit kecil tersebar di lima lokasi yang relatif berdekatan. Sirtu
(pasir dan batu) tersebar di sepanjang sungai-sungai besar seperti
Batang Tabir dan Batang Pelepat. Kaolin dijumpai di wilayah Kecamatan
Tabir, Kabupaten Merangin berupa lensa-lensa dalam Formasi Kasai dengan
ketebalan bervariasi dari beberapa puluh cm sampai satu meter. Felspar
pada umumnya terdapat berupa bukit – bukit kecil, tersebar antara Dusun
Ngarau sampai Desa Muara Kibul, Kecamatan Tabir Ulu, Kabupaten
Merangin.
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral sesuai dengan tugas dan fungsinya
telah melakukan kegiatan penyelidikan bahan galian, baik bahan galian
industri (non logam), logam maupun batubara di berbagai lokasi di
seluruh wilayah Indonesia.
Dengan
telah diberlakukannya Undang Undang Otonomi Daerah mulai tahun 2001
maka upaya-upaya untuk menginventarisasi dan evaluasi bahan galian di
setiap daerah otonom perlu dilakukan guna membantu pengembangan wilayah
tersebut, terutama dalam penyediaan data sumberdaya mineral, khususnya
bahan galian mineral industri, yang akan mengundang pihak investor untuk
menanamkan modalnya di daerah tersebut.
Dalam
rangka upaya-upaya tersebut, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral, pada tahun anggaran 2002, melalui Anggaran Biaya Tambahan (ABT)
Proyek Daftar Isian Kegiatan Suplemen (DIK-S) telah melakukan kegiatan
penyelidikan lanjutan bahan galian industri di daerah Kecamatan Tabir
dan sekitarnya, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.
1.2. Maksud dan Tujuan
Kegiatan penyelidikan bahan galian yang telah dilakukan di daerah Kecamatan Tabir ini
dimaksudkan untuk mendapatkan data sebaran dan kualitas beberapa bahan
galian andesit, granit, felspar, bentonit dan lempung, yang telah
ditemukan di daerah kecamatan tersebut dan mengetahui prospek
pemanfaatan serta pengembangan bahan galian tersebut.
1.3. Hasil Yang Diharapkan
Di daerah penyelidikan, dijumpai bahan galian : granit, andesit, lempung, bentonit, kaolin, pasirkuarsa, felspar dan sirtu.
Sebaran
lokasi bahan galian disajikan dalam dua lembar peta dengan skala
berbeda, untuk wilayah Kecamatan Tabir dengan skala 1 : 100.000 dan
untuk wilayah yang meliputi koordinat 102o – 102o 15’ Bujur Timur dan 1o 41’ – 1o 57’ Lintang Selatan, dengan skala 1 : 50.000.
Hasil
kegiatan ini diharapkan akan menjadi masukan yang sangat berharga bagi
pemerintah daerah otonom untuk menggali potensi sumberdaya alam minimal
sebagai data awal bagi pengembangan lebih lanjut.
1.4. Lokasi Daerah Penyelidikan
Secara
administratif, Kecamatan Tabir merupakan salah satu kecamatan yang
terdapat di wilayah Kabupaten Merangin, dengan ibukotanya Rantau Panjang
yang berjarak sekitar 28 km sebelah utara Bangko, melalui jalan raya
Lintas Sumatera, wilayah ini berbatasan dengan Kabupaten
Bungo di sebelah utara, Kecamatan Tabir Ulu di sebelah barat, Kecamatan
Bangko dan Pamenang di sebelah selatan serta Kabupaten Sarolangun dan
Kabupaten Batanghari di sebelah timur. Secara geografis daerah ini
terletak di antara garis-garis koordinat 102o 07’ 17” – 102o 32’ 00” Bujur Timur dan 1o 38” 17” – 2o 1’ 14” Lintang Selatan, dengan luas daerah sekitar 99.300 Ha. Wilayah ini dipetakan dengan skala 1 : 100.000.
Wilayah pemetaan dengan skala 1 : 50.000, meliputi wilayah yang dibatasi oleh garis koordinat 102o – 102o 15’ Bujur Timur dan 1o 41’ – 1o
57Â’ Lintang Selatan, meliputi wilayah Kecamatan Tabir Ulu dan Tabir,
Kabupaten Merangin serta Kecamatan Palepat dan Rantaukeloyang, Kabupaten
Bungo, dengan luas sekitar 98.050 Ha (Gambar-1). Daerah penyelidikan
terletak sebelah barat kota Rantau Panjang. Jumlah seluruh daerah
penyelidikan sekitar 182.700 Ha, seluas 14.650 Ha merupakan daerah
overlap.
Kedua
lokasi penyelidikan dapat ditempuh dari Bangko dengan menggunakan
kendaraan roda empat melalui jalan Lintas Sumatera yang cukup baik.
Bangko merupakan ibukota Kabupaten Merangin yang berjarak sekitar 260 km
dari kota Jambi (ibukota provinsi) ke arah barat, dapat dicapai dengan
waktu tempuh sekitar 3,5 – 4 jam, Jarak ke pelabuhan samudera Muara
Sabak sekitar 315 km dengan waktu tempuh 4,5 – 5 jam.
1.5. Demografi, Iklim dan Tata Guna Lahan
Demografi
Luas
daerah Kecamatan Tabir sekitar 99.300 Ha sekitar 12,93 % dari luas
wilayah Kabupaten Merangin. Jumlah penduduk sekitar 71.371 jiwa, terdiri
dari 36.534 laki-laki, 34.837 perempuan dan 17.394 keluarga, dengan
kepadatan penduduk sekitar 71,95. Penduduk Kecamatan Tabir pada umumya
beragama Islam. Mata pencaharian utamnya bertani.
Iklim
Musim
penghujan di daerah Kabupaten Merangin berlangsung pada bulan
Oktober-Desember, musim kemarau pada bulan Pebruari - Mei. Iklim di
daerah ini termasuk tipe A (Sckind Ferguson). Curah hujan di daerah
Kabupaten Merangin cukup tinggi, sekitar 2.048 mm pertahun dengan jumlah
hari hujan 165 hari, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember
sekitar 365 mm dengan jumlah hari hujan 19 hari, sedangkan curah hujan
terendah terjadi pada bulan Juli sekitar 64 mm dengan jumlah hari hujan 4
hari. Jumlah terbanyak hari hujan terjadi pada bulan September sekitar
21 hari dan paling sedikit terjadi pada bulan Juli 4 hari. Rata-rata
curah hujan perbulan sekitar 171 mm dan rata-rata hari hujan 13,8 hari.
Temperatur di dataran rendah 300 C, sedangkan temperatur di wilayah dataran tinggi mencapai 280 C.
1.6. Waktu Pelaksanaan Penyelidikan
Pelaksanaan penyelidikan berlangsung selama 25 hari termasuk pulang-pergi Bandung-lapangan, mulai tanggal 22
Nopember 2002 sampai dengan 16 Desember 2002, dengan jumlah personalia 8
orang terdiri dari akhli Tambang Ekaplorasi, Juru ukur dan Juru gambar.
1.7. Metoda Penyelidikan
Untuk memperoleh hasil yang optimal dari kegiatan penyelidikan ini, perlu direncanakan metoda kerja serta tahapan pekerjaan. Tahapan kegiatan tersebut di mulai dari persiapan, kegiatan lapangan sampai kepada pelaporan.
Pada
tahap persiapan dilakukan studi literatur baik pada saat persiapan
sebelum berangkat ke lapangan maupun setelah kembali dari lapangan. Pada
saat persiapan dilakukan pengumpulan data hasil penyelidikan terdahulu
dari perpustakaan, baik berupa laporan maupun peta. Data dari studi
literatur ini akan diolah dan dikaji sehingga dapat digunakan sebagai
dasar untuk memetakan sebaran bahan galian.
1.7.1. Pekerjaan Lapangan
Kegiatan
di lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data hasil pengamatan dan
observasi langsung di lapangan terhadap singkapan-singkapan bahan galian
yang ditemukan disertai dengan pengambilan conto bahan galian tertentu
untuk keperluan analisis laboratorium menggunakan peta dasar skala 1 :
50.000 dan 1 : 100.000. Di samping data utama yang berhubungan dengan
bahan galian, data lainnya yang juga perlu dikumpulkan selama berada di
lapangan adalah data penunjang berupa data sarana dan prasarana,
demografi, ekonomi, sosial serta budaya masyarakat setempat.
1.7.2. Analisa Laboratorium
Kegiatan
ini dilakukan untuk menganalisis sifat-sifat fisik dan kimiawi dari
conto-conto bahan galian yang diambil guna diketahui kualitasnya. Jenis
analisis laboratorium yang telah dilakukan antara lain adalah analisis
kimia unsur major 9 conto, analisis petrografis 5 conto, analisis XRD 3
conto, analisa BP (bleaching power) dan CEC (cation exchange capacity)
bentonit 2 conto.
1.8. Penyelidikan Terdahulu
Penyelidik terdahulu yang telah melaksanakan penyelidikan secara regional di daerah Kabupaten Merangin seperti pada Tabel 2.
1. N. Suwarna, Suharsono, S. Gafoer, T.C. Amin dan Hermanto, 1992, Peta Geologi Lembar Sarolangun Skala 1 : 250.000
2. T.O. Simanjuntak, T. Budhitrisna, Surono, S. Gafoer dan T.C. Amin, 1991, Peta Geologi Lembar Muarabungo Skala 1 : 250.000
3. A.F. Yusuf, A. Sanusi Halim, Darajat Hadiana, 1990, Penyelidikan Pendahuluan Bahan Galian Industri di Propinsi Jambi.
4. Abdul Azis, dkk, 1990, Sumberdaya Mineral Golongan C di Propinsi Jambi.
2. KEADAAN GEOLOGI
2.1. Geologi Regional
2.1.1. Tatanan Tektonik
Tektonik pertama yang dijumpai di daerah ini terjadi pada Trias diikuti dengan adanya
penerobosan Granit Tantan, yang disusul oleh pengangkatan. Kemudian
kegiatan tektonik berlanjut pada kala Eosen diikuti penerobosan Granit
Arai, pengangkatan dan kegiatan volkanik, dari kegiatan volkanik
menghasilkan Formasi Hulusimpang. Pada Oligosen sampai pertengahan
Miosen Tengah terjadi sedimentasi di laut dangkal dan disusul oleh
pengangkatan, yang diikuti penerobosan andesit, dasit, diorit dan
riolit. Proses sedimentasi terjadi lagi pada Miosen Akhir sampai
Pliosen, kemudian terjadi pengangkatan, penyesaran dan pelipatan yang
diikuti oleh terobosan Granit Seblat. Kegiatan tektonik terus
berlangsung sampai Plistosen yang diikuti oleh kegiatan volkanik yang
sangat aktif, menghasilkan rempah-rempah gunungapi, proses sedimentasi
pada kala ini menghasilkan Formasi Kasai.
2.1.2. Stratigrafi Regional
Paleozoikum
Pada zaman Paleozoikum terbentuk Formasi Palepat (Pp) dan Formasi Mengkarang (Pm) yang berumur Perem.
Mesozoikum
Terobosan
Granit Tantan (TRJgr) berumur Trias sampai Jura. Formasi Asai (Ja), dan
Formasi Peneta (KJpm, KJp) yang terbentuk bersamaan dengan Formasi
Rawas (KJr) berumur Jura, menindih takselaras Formasi Palepat dan
Formasi Mengkarang. Terobosan Granit Arai (Kgr) berumur Kapur.
Tersier
Formasi
Hulusimpang (Tomh) terbentuk bersamaan dengan Formasi Seblat (Toms) dan
Formasi Papanbetupang (Tomp) yang berumur Oligo-Miosen, semuanya
ditindih selaras oleh Formasi Kasiro (Tmk) berumur Miosen Awal dan
Formasi Gumai (Tmg) terbentuk pada Miosen Tengah.
Batuan
terobosan andesit, diorit, dasit dan riolit (Tm-an, -da, -di, -r)
terbentuk pada kala Paleosen. Formasi Bal (Tmba) terbentuk bersamaan
dengan Formasi Airbenakat (Tma) berumur Miosen Akhir, yang ditindih
takselaras oleh Formasi Lakitan (Tmpl) dan Formasi Muaraenim (Tmpm)
berumur Mio-Pliosen, kemudian terbentuk batuan terobosan Granit Seblat
(Tpgr) berumur Pliosen.
Kuarter
Terbentuk Formasi Kasai (QTk) dan batuan
volkanik (QTv) berumur Plio-Plistosen yang disusul oleh endapan
volkanik muda (Qv) berumur Plistosen dan (Qhv) berumur Holosen. Endapan
permukaan berupa aluvium (Qa) dan aluvium rawa (Qs) berumur Holosen.
2.1.3. Struktur Regional
Secara
umum arah struktur di daerah Kabupaten Merangin adalah baratlaut
tenggara. Pada batuan pra-Tersier, selain arah tersebut terdapat arah
timurlaut-baratdaya dan utara-selatan. Pelipatan pada batuan Tersier
mempunyai kemiringan mencapai 350, umumnya berkisar antara 10o sampai 20o .
Sesar utama di daerah ini adalah bagian dari sesar Sumatera yang
berarah baratlaut-tenggara dan berupa sesar geser menganan yang
berkaitan dengan pembentukan gunung berapi, selain itu terdapat pula
yang berarah timurlaut-baratdaya dan utara-selatan.
2.2. Geologi Daerah Penyelidikan
2.2.1. Morfologi
Secara umum morfologi daerah penyelidikan dapat di bagi menjadi 3 (tiga) satuan morfologi, yaitu :
Satuan morfologi perbukitan terjal/tinggi
yang dicirikan dengan gunung-gunung dan bukit-bukit yang mempunyai
ketinggian diatas 500 m (dpl), menempati wilayah barat daerah pemetaan
skala 1 : 50.000.
Satuan morfologi perbukitan rendah,
yaitu dicirikan dengan adanya bukit-bukit bergelombang, berlereng
landai yang mempunyai ketinggian antara 100 sampai 500 m, dpl, menempati
bagian tengah wilayah pemetaan skala 1 : 50.000 dan sedikit bagian
barat wilayah Kecamatan Tabir (pemetaan skala 1 : 100.000).
Satuan morfologi pedataran, yaitu daerah yang relatif datar yang mempunyai ketinggian
antara 10 m sampai 100 m, dpl. Umumnya satuan ini merupakan daerah
perkotaan, perkampungan dan persawahan, menempati sebagian besar wilayah
Kecamatan Tabir (pemetaan skala 1 : 100.000) dan bagian timur pemetaan
skala 1 : 50.000. Pola aliran sungai umumnya sejajar dan
radier menuju ke suatu lembah yang berbentuk V, dan mengalir ke sungai
yang lebih besar yaitu Batang Hari dan S. Tabir.
2.2.2. Stratigrafi
Berdasarkan
peta geologi bersistim Indonesia (P3G) skala 1 : 250.000, daerah
penyelidikan termasuk kedalam Lembar Muara Bungo dan Lembar Painan.
Geologi daerah ini dapat diuraikan dari umur Termuda sampai yang Tertua
adalah sebagai berikut :
Aluvium (Qa), berumur Holosen. Terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir dan lumpur dengan sisa tumbuhan.
Aluvium Rawa (Qs), berumur Holosen. Terdiri dari lanau, lumpur, lempung dan sisa tumbuhan.
Formasi Bukitpunjung (Qpb), berumur Plistosen. Terdiri dari Breksi gunungapi, tuf dan lava yang bersusunan asam sampai menengah.
Formasi Kasai (QTk), berumur Plio-Plisto. Terdiri dari tuf, batuapung mengandung lapisan tipis lignit dan kayu terkersikkan.
Formasi Muaraenim (Tmpm), berumur Mio-Plio.
Terdiri dari batupasir tufan, batulempung tufan pasiran dan batulempung
berfosil, bersisipan lignit mengandung kongkresi dan lapisan tipis
oksida besi.
Formasi Airbenakat (Tma), berumur Miosen tengah. Terdiri dari batulempung dengan sisipan batupasir halus, batupasir glokonitan, setempat mengandung lignit.
Formasi Gumai (Tmg), berumur Miosen Awal. Terdiri dari serpih dan lempung mengandung lensa batupasir glokonitan dan tuf.
Formasi Talangakar (Tomt), berumur Oligo-Mio. Terdiri
dari batupasir, tuf pasiran dan batupasir tufan mengandung lignit dan
bersisipan batulempung dan lensa-lensa batugamping.
Formasi Palepat (Pp), berumur Perem. Terdiri
dari tufasela dan lava bersusunan basal sampai menengah, berselingan
dengan batulanau, batulumpur dan serpih, setempat batutanduk dengan
sisipan batugamping dan konglomerat.
Formasi Mengkarang (Pm), berumur Perem. Terdiri dari batulanau dan batulempung berkarbon dengan sisipan batubara, batupasir kuarsa dan tuf.
Batuan beku.
Diabas (pTdb) berumur Kapur
Sienit (Jsy) berumur Jura.
Andesit (pTab) berumur Kapur.
Granit (Jgr) berumur Jura
Diorit (Jdo) berumur Jura.
2.2.3. Struktur
Struktur
yang dijumpai di daerah penyelidikan pada umumnya berupa sesar
turun/normal dengan arah baratlaut - tenggara, sebagian kecil berarah
timurlaut -baratdaya. Kemiringan lapisan berkisar antara 10o sampai 40o.
Struktur sesar pada umumnya terdapat di wilayah Kecamatan Tabir Ulu,
Palepat, Rantaukeloyang dan di sebagian kecil pinggiran sebelah barat
wilayah Kecamatan Tabir.
3. HASIL PENYELIDIKAN
3.1. Geologi Endapan Bahan Galian
Bahan galian yang ditemukan di daerah penyelidikaan ada 8 (delapan) macam, antara lain : granit, andesit, lempung, bentonit, kaolin, pasirkuarsa, felspar dan sirtu.
Granit
di daerah penyelidikan merupakan batuan terobosan berupa tubuh
(batholith) yang berumur Jura (Jgr), umumnya berupa granit biotit
berwarna putih sampai abu-abu, sebagian kecil berwrna kemerahan dan
telah mengalami pelapukan kuat, singkapan hanya ditemui di
pinggir-pingir dan dasar sungai, hanya granit di Bukit Luncung, Desa Dwi
Karya Bakti, Kecamatan Rantaukeloyang, Kabupaten Bungo yang tersingkap
masih segar, dengan sebaran terbatas (kecil).
Andesit
merupakan batuan volkanik berupa lava yang berumur Plistosen, terdapat
pada Formasi Bukitpunjung (Qpb), berwarna abu-abu sampai hitam, sebagian
pejal dan sebagian berongga dan berupa retas-retas yang berumur Kapur
(pTab). Sebarannya terdapat di Desa Rantaukeloyang dan sekitarnya serta
di Desa Rantauasam, Kecamatan Rantaukeloyang.
Lempung
umumnya dijumpai sebagai hasil pelapukan baik residual maupun aluvial,
umumnya tersebar di wilayah Formasi Kasai (Qtk). Bentonit merupakan
hasil devitrifikasi dari tufa kaca, pada umumnya terdapat pada Formasi
Muaraenim (Tmpm). Kaolin merupakan endapan alluvial dan sedimen yang
berasal dari pelapukan batuan granit, umumnya terdapat berupa
lensa-lensa pada Formasi Kasai (Qtk).
Pasir
kuarsa berupa endapan alluvial dan sedimen yang terdapat bersama dengan
kaolin pada Formasi Kasai, merupakan hasil lapukan dari batu granit dan
batupasir kuarsa dari Formasi Mengkarang yang telah mengalami
transportasi dan pengendapan kembali.
Felspar
merupakan hasil rekristalisasi dari sebagian tufa pada Formasi
Mengkarang yang telah mengalami tekanan akibat kegiatan tektonik, baik
berupa lipatan maupun patahan, sebarannya terpencar membentuk perbukitan
di antara Desa Muarajernih dan Muarakibul. Umumnya berwarna abu-abu
keputih-putihan sampai kekuning-kuningan.
Sirtu
merupakan hasil rombakan dari batuan yang lebih tua umumnya di endapkan
di sepanjang sungai, seperti di Batang Palepat dan Batang Tabir, berupa
pasir dan bongkah-bongkah batuan beku..
3.2. Endapan Bahan Galian
Granit, pada
umumnya membentuk perbukitan yang relatif landai karena telah mengalami
pelapukan kuat (Foto 1), banyaknya struktur patahan di wilayah sebaran
granit mempercepat proses pelapukan tersebut. Sangat sulit untuk
menentukan ketebalan, sebaran maupun sumberdayanya karena tanah
penutupnya cukup tebal, singkapan yang masih segar dijumpai di
sungai-sungai (Foto 3), sedangkan didarat hanya dijumpai bongkahan
granit yang sekelilingnya sudah lapuk (Foto 2). Singkapan yang masih
segar di jumpai di Bukit Luncung, Desa Dwi Karya Bakti, Kecamatan Rantau
Keloyang (Gr 05), telah terkekarkan kuat (mudah hancur), dengan sebaran sekitar 5 Ha.
Lempung, membentuk
pedataran bergelombang, berwarna kecoklatan sampai kemerahan (Foto 4),
plastisitasnya cukup baik sehingga dapat dibentuk, merupakan hasil
pelapukan dari Formasi Kasai. Sebaran lempung terdapat di Desa Mampun,
Kotobaru, Sidolego dan Sidomakmur, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin
serta di daerah Desa Mulyabakti dan sekitarnya, Kecamatan
Rantaukeloyang, Kabupaten Bungo. Lempung di Desa Mampun dan sekitarnya
telah diusahakan oleh penduduk untuk pembuatan batamerah dan genteng,
seperti yang terdapat di Desa Kotobaru. Sebaran lempung yang terdapat di
permukaan mempunyai ketebalan 0,5 m hingga 10 m, ketebalan rata-rata
diperkirakan sekitar 2 m.
Bentonit, membentuk
pedataran bergelombang, terdapat di Desa Kotorayo, Kecamatan Tabir,
Kabupaten Merangin, berwarna kuning, abu-abu dan kuning kehijauan,
ketebalan singkapan bervariasi antara 0,5 m sampai 2 m (Foto 5),
setempat mengandung noktah oksida besi dan pasiran yang mencerminkan
kualitasnya bervariasi juga, kualitas yang cukup baik umumnya mempunyai
permukaan yang mengkilap seperti lilin. Terbentuknya bentonit di daerah
penyelidikan diduga hasil proses devitrifikasi tufa yang terdapat pada
Formasi Muaraenim (Tmpm).
Andesit, membentuk
perbukitan yang menonjol dibandingkan dengan daerah sekitarnya yang
relatif datar membentuk kerucut takberaturan (Foto 6), ketinggian
perbukitan bervariasi dari 15 m sampai 50 m dari permukaan jalan,
terdapat lima lokasi perbukitan yang relatif berdekatan di Desa
Rantaukeloyang dan sekitarnya, Kecamatan Rantaukeloyang, Kabupaten
Bungo. Andesit berwarna abu-abu sampai hitam, pejal, sebagian berongga
dan sebagian menunjukkan struktur kekar meniang.
Kaolin, terdapat
sebagai lensa – lensa pada formasi Kasai, ketebalannya sangat
bervariasi, juga warnanya, di bagian atas pada umumnya berwarna coklat
sampai kemerahan, bagian bawah berwarna abu-abu gelap berangsur ke muda,
mengandung pasir kuarsa berukuran halus sampai kerikil (Foto 7),
tersebar dalam jumlah kecil di beberapa tempat seperti di Tanjung Ilir,
Lubukbumbun, Tambangbaru dan Mampun.
Pasirkuarsa, merupakan hasil lapukan dari batuan granit terdapat
bersamaan dengan kaolin berupa butiran di dalam kaolin dan sebagai
endapan alluvial yang terdapat di sepanjang sungai-sungai seperti di
Desa Ulakmakam, Sinargading dan Mampun, Kecamatan Tabir, Kabupaten
Merangin, pasirkuarsa sebagai endapan alluvial lebih homogen baik
butiran maupun bahan galiannya. Bentuk butiran pasirnya menyudut sampai
menyudut tanggung sedangkan kerikilnya membulat tanggung sampai
membulat, berukuran 0,5 – 2 cm.
Felspar, membentuk
perbukitan bersama-sama dengan batuan batulempug, batulumpur dan
batupasir kuarsa pada Formasi Mengkarang yang telah mengalami perlipatan
maupun patahan, kemiringan lapisan umumnya diatas 20o, berkisar diantara 20o sampai 40o.
Ketebalannya bervariasi dari 1 m sampai 5 m, berwarna abu-abu putih
sampai abu-abu kuning, membentuk dinding-dinding bukit (Foto 8).
Tersebar membentuk perbukitan di antara Desa Muarajernih dan Muarakibul,
Kecamatan Tabir Ulu, Kabupaten Merangin.
Sirtu, terdiri
dari pasir dan bongkahan batuan beku, terdapat sebagai endapan alluvial
sungai, membentuk gumuk-gumuk dengan luas sebaran dan ketebalan sangat
bervariasi, keberadaan maupun bentuk endapan sirtu selalu diperbaharui
yang diakibatkan oleh arus sungai yang berfluktuasi (seperti banjir). Sebaran sirtu terdapat di sepanjang aliran Batang Palepat dan Batang Tabir.
3.3. Kadar dan Kualitas Bahan Galian
3.3.1. Megaskopis
Secara
megaskopis kualitas bahan galian di daerah penyelidikan sangat
bervariasi dari jelek sampai cukup bagus, ada beberapa bahan galian yang
kualitasnya hanya mencapai sedang, seperti felspar dan pasirkuarsa.
Granit, umumnya
telah mengalami pelapukan, singkapan segar menunjukkan warna abu-abu
tua hingga muda berbintik hitam, setempat berwarna abu-abu merahmuda,
terkekarkan, kualitasnya kurang.
Andesit, berwarna abu-abu sampai hitam, pejal, sebagian berongga, keras, diperkirakan cocok untuk agregat beton bagi konstruksi ringan sampai sedang sesuai dengan persyaratan teknis batuan beku.
Lempung, plastisitasnya
cukup bagus hingga bisa dibentuk menyerupai bentuk-bentuk tertentu,
seperti genteng, kuali dan berbagai macam bentuk barang-barang keramik
kasar.
Bentonit, sebagian
besar bentonit di daerah penyelidikan masih mengandung pasir (pasiran)
dan oksida besi, dengan demikian kandungan besinya cukup tinggi,
bentonit dengan kandungan besi cukup tinggi tidak dapat digunakan
sebagai penjernih minyak. Sebagian kecil menunjukkan kualitas yang bagus
dengan menunjukkan kilap lilin.
Kaolin, yang
berwarna putih dan abu-abu terang cukup bagus kualitasnya, sedangkan
yang berwarna kemerahan diduga banyak mengandung oksida besi, dengan
demikian kualitasnya jelek.
Pasirkuarsa, terdapat
sebagai sedimen bersamaan dengan kaolin, sehingga untuk memperolehnya
diperlukan proses pemisahan, sebagai endapan alluvial sungai
kemurniannya masih kurang karena masih bercampur dengan pasir lain,
dalam penggunaannya diperlukan proses pemurnian (pemisahan), dengan
demikian kualitas pasirkuarsa termasuk jelek untuk bahan industri, hanya
dapat digunakan untuk bahan bangunan sebagai pasir bangunan.
Felspar,
sebagian kecil termasuk sedang sebagian besar termasuk kurang/jelek,
hal ini disebabkan felspar yang terbentuk sebagai hasil rekristalisasi
tufa yang hasilnya tidak homogen sesuai dengan tingkat tekanan yang
diperolehnya.
Sirtu, secara
umum sirtu di wilayah daerah penyelidikan cukup bagus untuk bahan
bangunan baik sebagai agregat beton (batu pecah) maupun sebagai fondasi
sesuai dengan persyaratan teknis.
3.3.2. Hasil Analisa Laboratorium
Dilakukan pengkajian, terhadap hasil analisa contp berdasarkan peryaratan yang ada sesuai denga penggunaan dan bahan galiannya.
3.3.3. Interpretasi
Granit, umumnya
telah mengalami pelapukan tinggi, meskipun bongkahan segar kualitasnya
cukup bagus namun telah mengalami terkekarkan kuat, kualitas secara
vertikal maupun lateralnya, kurang bagus, secara keseluruhan kualitasnya
jelek.
Untuk bahan galian andesit, sirtu dan lempung baik
secara lateral maupun vertikal kualitasnya cukup bagus dan dapat
digunakan sebagai bahan bangunan konstruksi ringan sampai sedang,
sedangkan lempungnya dapat digunakan keramik kasar/ gerabah.
Bentonit dan kaolin baik secara lateral
maupun vertikal, kualitasnya sangat bervariasi dari jelek sampai cukup
bagus, kaolin dengan kualitas bagus masih bercampur dengan butiran
kuarsa, sehingga perlu dilakukan pemisahan, selain itu ketebalan kaolin
yang bagus hanya beberapa puluh senti. Pasirkuarsa, hanya bisa digunakan sebagai pasir bangunan dan pasir urug. Felspar, kualitas vertical dan lateralnya sangat bervariasi.
3.4. Sumberdaya Bahan Galian
Luas
sebaran granit cukup luas namun karena tingkat pelapukanya yang tinggi
sumberdayanya tidak dapat dihitung, juga untuk felspar, kaolin dan pasir
kuarsa, dikarenakan oleh bentuk endapan dan atau sebarannya yang
terbatas. Untuk menghitung sumberdaya lempung dan bentonit dilakukan
dengan menghitung luas sebarannya dikalikan ketebalan rata-rata.
Sedangkan sumberdaya andesit dihitung luas sebarannya dikalikan tinggi
dibagi tiga, karena bentuk perbukitan andesit dianggap berbentuk
kerucut.
Luas sebaran lempung di daerah Mampun dan sekitarnya 200 Ha dengan ketebalan rata-rata 2 m, sumberdaya sekitar 4.000.000 m3. Di daerah Desa Mulyabakti dan sekitarnya 100 Ha, tebal rata-rata 2 m, sumberdaya sekitar 2.000.000 m3.
Luas sebaran bentonit di daerah Kotorayo sekitar 20 Ha ketebalan rata-rata 1 m, sumberdaya 200.000 m3.
Bahan galian andesit di daerah Rantau keloyang terdapat di lima lokasi dengan jumlah sebaran 78 Ha dan sumberdayanya 9.126.000 m3.
3.5. Prospek dan Kendala Pemanfaatannya
Bahan
galian di daerah penyelidikan yang dapat dikembangkan pemanfaatannya
baik secara kualitas maupun kuantitasnya adalah lempung dan andesit.
Lempung dapat digunakan sebagai keramik kasar, seperti batamerah,
genteng dan gerabah. Sedangkan andesit dapat digunakan untuk bahan
bangunan baik sebagi agregat beton maupun fondasi. Bahan galian lainnya
baik secara kualitas maupun kuantitasnya tidak mendukung untuk
dikembangkan pemanfaatannya.
Kendala
pengusahaan andesit yang terdapat di Dusun Bukitpanjang, Desa Rantau
keloyang, adalah lokasi tersebut telah dijadikan lokasi antene Telkom.
4. KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
1. Daerah
penyelidikan secara administrasi termasuk ke dalam wilayah Kecamatan
Tabir dan Tabir Ulu, Kabupaten Merangin, serta Kecamatan Pelepat dan
Rantau Keloyang, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Sedangkan secara
geografis daerah ini terletak di antara garis koordinat 1o 35’ – 2o 00’ Lintang Selatan dan 102o 05’ – 102o 35’ Bujur Timur. Luas daerah yang diselidiki adalah sekitar 182.700 hektar.
2. Daerah
penyelidikan secara geologi disusun oleh berbagai macam batuan dari
batuan sedimen, batuan beku, batuan volkanik (gunung api) hingga endapan
aluvium. Batuan tertua berumur Perem terdiri dari Formasi Mengkarang dan Palepat.
- Terdapat delapan macam bahan galian : granit, andesit, lempung, bentonit, kaolin, pasirkuarsa, felspar dan sirtu.
- Bahan
galian granit telah mengalami pelapukan kuat sehingga tidak berpotensi,
bentonit, kaolin pasirkuarsa dan felspar kualitasnya sangat bervariasi
dan kuantitasnya terbatas sehingga tidak bisa dikembangkan
pemanfaatannya.
- Andesit terdapat di daerah Rantaukeloyang sebanyak lima lokasi dengan jumlah sebaran 78 Ha dan sumberdaya 9.126.000 m3.
- Luas sebaran lempung di daerah Mampun dan sekitarnya 200 Ha, sumberdaya 4.000.000 m3. Di daerah Desa Mulyabakti dan sekitarnya 100 Ha, tebal rata-rata 2 m, sumberdaya 2.000.000 m3. Dapat digunakan sebagai keramik kasar.
- Luas sebaran bentonit di daerah Kotorayo 20 Ha, sumberdaya 200.000 m3.
4.2. Saran
- Pengembangan lempung di daerah Mampun, Kotobaru, Sidomakmur, Sidolego
dan sekitarnya dapat dilakukan dengan memproduksi barang yang lebih
variatif, sehingga bisa tumbuh sentra kerajinan keramik yang dapat
dilaksanakan oleh penduduk setempat.
- Kerjasama
antara Pemda dengan Instansi terkait dalam sektor pertambangan yang
saling menguntungkan perlu ditingkatkan untuk dapat memanfaatkan potensi
bahan galian industri di daerah Kabupaten Merangin secara optimal.
- Perlu
diselenggarakan aturan yang tegas tapi tidak membelenggu bagi
pengusahaan pertambangan sehingga dampak kerusakan lingkungannya dapat
dikurangi dan pengusahaan pertambangan dapat berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
- Abdul Azis, dkk., 1990, “Sumberdaya Mineral golongan C di Propinsi Jambi”, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung.
- A.F.
Yusuf, dkk, 1990, “Penyelidikan Pendahuluan Bahan Galian Industri di
Daerah Propinsi Jambi”, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung.
- N. Suwarna, dkk, 1992, “Peta Geologi Lembar Sarolangun, Sumatra”, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
- T.O. Simanjuntak, dkk., 1991, “Peta Geologi Lembar Muarabungo, Sumatra” Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Facebook
0 komentar:
Posting Komentar