Besi merupakan logam kedua yang paling banyak di bumi ini. Karakter
dari endapan besi ini bisa berupa endapan logam yang berdiri sendiri
namun seringkali ditemukan berasosiasi dengan mineral logam lainnya.
Kadang besi terdapat sebagai kandungan logam tanah (residual), namun
jarang yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Endapan besi yang ekonomis
umumnya berupa Magnetite, Hematite, Limonite dan Siderite. Kadang kala
dapat berupa mineral: Pyrite, Pyrhotite, Marcasite, dan Chamosite.
Beberapa jenis genesa dan endapan yang memungkinkan endapan besi bernilai ekonomis antara lain :
1. Magmatik: Magnetite dan Titaniferous Magnetite
2. Metasomatik kontak: Magnetite dan Specularite
3. Pergantian/replacement: Magnetite dan Hematite
4. Sedimentasi/placer: Hematite, Limonite, dan Siderite
5. Konsentrasi mekanik dan residual: Hematite, Magnetite dan Limonite
6. Oksidasi: Limonite dan Hematite
7. Letusan Gunung Api
Dari
mineral-mineral bijih besi, magnetit adalah mineral dengan kandungan Fe
paling tinggi, tetapi terdapat dalam jumlah kecil. Sementara hematit
merupakan mineral bijih utama yang dibutuhkan dalam industri besi.
Mineral-mineral pembawa besi dengan nilai ekonomis dengan susunan kimia,
kandungan Fe dan klasifikasi komersil dapat dilihat pada Tabel dibawah
ini:
Tabel mineral-mineral bijih besi bernilai ekonomis
Mineral
|
Susunan kimia
|
Kandungan Fe (%)
|
Klasifikasi komersil
|
Magnetit
|
FeO, Fe2O3
|
72,4
|
Magnetik atau bijih hitam
|
Hematit
|
Fe2O3
|
70,0
|
Bijih merah
|
Limonit
|
Fe2O3.nH2O
|
59 - 63
|
Bijih coklat
|
Siderit
|
FeCO3
|
48,2
|
Spathic, black band, clay ironstone
|
Sumber : Iron & Ferroalloy Metals in (ed) M. L. Jensen & A. M. Bafeman, 1981; Economic Mineral Deposits, P. 392.
Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4
Besi primer ( ore deposits )
Proses
terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan
adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik,
terbentuklah struktur sesar, struktur sesar ini merupakan zona lemah
yang memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos
batuan tua. Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses
rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada bagian kontak magma dengan batuan yang diterobosnya.
Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan bahan cair (fluida)
yang berasal dari aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan magma
pada zona lemah ini hingga membeku umumnya disertai dengan kontak
metamorfosa. Kontak metamorfosa juga melibatkan batuan samping sehingga
menimbulkan bahan cair (fluida) seperti cairan magmatik dan metamorfik yang banyak mengandung bijih.
Besi sekunder ( endapan placer )
Cebakan mineral alochton
dibentuk oleh kumpulan mineral berat melalui proses sedimentasi, secara
alamiah terpisah karena gravitasi dan dibantu pergerakan media cair,
padat dan gas/udara. Kerapatan konsentrasi mineral-mineral berat
tersebut tergantung kepada tingkat kebebasannya dari sumber, berat
jenis, ketahanan kimiawi hingga lamanya pelapukan dan mekanisma. Dengan
nilai ekonomi yang dimilikinya para ahli geologi menyebut endapan alochton tersebut sebagai cebakan placer.
Jenis cebakan ini telah terbentuk dalam semua waktu geologi,
tetapi
kebanyakan pada umur Tersier dan masa kini, sebagian besar merupakan
cadangan berukuran kecil dan sering terkumpul dalam waktu singkat karena
tererosi. Kebanyakan cebakan berkadar rendah tetapi dapat ditambang
karena berupa partikel bebas, mudah dikerjakan dengan tanpa
penghancuran; dimana pemisahannya dapat menggunakan alat semi-mobile dan relatif murah. Penambangannya biasanya dengan cara pengerukan, yang merupakan metoda penambangan termurah.
Cebakan-cebakan placer berdasarkan genesanya:
G e n e s a
|
|
|
J e n i s
|
Terakumulasi in situ selama pelapukan
|
|
|
Placer residual
|
Terkonsentrasi dalam media padat yang bergerak
|
|
|
Placer eluvial
|
Terkonsentrasi dalam media cair yang bergerak (air)
|
|
|
· Placer aluvial atau sungai
· Placer pantai
|
Terkonsentrasi dalam media gas/udara yang bergerak
|
|
|
Placer Aeolian (jarang)
|
Placer residual. Partikel mineral/bijih
pembentuk cebakan terakumulasi langsung di atas batuan sumbernya
(contoh : urat mengandung emas atau kasiterit) yang telah mengalami
pengrusakan/peng-hancuran kimiawi dan terpisah dari bahan-bahan batuan
yang lebih ringan. Jenis cebakan ini hanya terbentuk pada permukaan
tanah yang hampir rata, dimana didalamnya dapat juga ditemukan
mineral-mineral ringan yang tahan reaksi kimia (misal : beryl).
Placer eluvial. Partikel mineral/bijih
pembentuk jenis cebakan ini diendapkan di atas lereng bukit suatu
batuan sumber. Di beberapa daerah ditemukan placer eluvial dengan
bahan-bahan pembentuknya yang bernilai ekonomis terakumulasi pada
kantong-kantong (pockets) permukaan batuan dasar.
Placer sungai atau aluvial. Jenis ini paling penting terutama yang berkaitan dengan bijih emas yang umumnya berasosiasi dengan bijih besi, dimana konfigurasi lapisan dan berat jenis partikel mineral/bijih
menjadi faktor-faktor penting dalam pembentukannya. Telah dikenal bahwa
fraksi mineral berat dalam cebakan ini berukuran lebih kecil daripada
fraksi mineral ringan, sehubungan : Pertama, mineral berat pada batuan
sumber (beku dan malihan) terbentuk dalam ukuran lebih kecil daripada
mineral utama pembentuk batuan. Kedua, pemilahan dan susunan endapan
sedimen dikendalikan oleh berat jenis dan ukuran partikel (rasio
hidraulik).
Placer pantai.
Cebakan ini terbentuk sepanjang garis pantai oleh pemusatan gelombang
dan arus air laut di sepanjang pantai. Gelombang melemparkan
partikel-partikel pembentuk cebakan ke pantai dimana air yang kembali
membawa bahan-bahan ringan untuk dipisahkan dari mineral berat.
Bertambah besar dan berat partikel akan diendapkan/terkonsentrasi di
pantai, kemudian terakumulasi sebagai batas yang jelas dan membentuk
lapisan. Perlapisan menunjukkan urutan terbalik dari ukuran dan berat
partikel, dimana lapisan dasar berukuran halus dan/ atau kaya akan
mineral berat dan ke bagian atas berangsur menjadi lebih kasar dan/atau
sedikit mengandung mineral berat.
Placer pantai (beach placer)
terjadi pada kondisi topografi berbeda yang disebabkan oleh perubahan
muka air laut, dimana zona optimum pemisahan mineral berat berada pada
zona pasang-surut dari suatu pantai terbuka. Konsentrasi partikel
mineral/bijih juga dimungkinkan pada terrace
hasil bentukan gelombang laut. Mineral-mineral terpenting yang
dikandung jenis cebakan ini adalah : magnetit, ilmenit, emas, kasiterit,
intan, monazit, rutil, xenotim dan zirkon.
Mineral ikutan dalam endapan placer. Suatu cebakan pasir besi selain mengandung mineral-mineral bijih besi utama tersebut dimungkinkan berasosiasi dengan mineral-mineral mengandung Fe lainnya diantaranya : pirit (FeS2), markasit (FeS), pirhotit (Fe1-xS), chamosit [Fe2Al2 SiO5(OH)4], ilmenit (FeTiO3), wolframit [(Fe,Mn)WO4], kromit (FeCr2O4); atau juga mineral-mineral non-Fe yang dapat memberikan nilai tambah seperti : rutil (TiO2), kasiterit (SnO2), monasit [Ce,La,Nd, Th(PO4, SiO4)], intan, emas (Au), platinum (Pt), xenotim (YPO4), zirkon (ZrSiO4) dan lain-lain.
Eksplorasi bijih besi
Penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi di Indonesia
sudah banyak dilakukan oleh berbagai pihak, sehingga diperlukan
penyusunan pedoman teknis eksplorasi bijih besi. Pedoman dimaksudkan
sebagai bahan acuan berbagai pihak dalam melakukan kegiatan penyelidikan
umum dan eksplorasi bijih besi primer, agar ada kesamaan dalam
melakukan kegiatan tersebut diatas sampai pelaporan.
Tata
cara eksplorasi bijih besi primer meliputi urutan kegiatan eksplorasi
sebelum pekerjaan lapangan, saat pekerjaan lapangan dan setelah
pekerjaan lapangan. Kegiatan sebelum pekerjaan lapangan ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran mengenai prospek cebakan bijih besi primer,
meliputi studi literatur dan penginderaan jarak jauh. Penyediaan
peralatan antara lain peta topografi, peta geologi, alat pemboran inti,
alat ukur topografi, palu dan kompas geologi, loupe, magnetic pen, GPS,
pita ukur, alat gali, magnetometer, kappameter dan peralatan geofisika.
Kegiatan
pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah penyelidikan geologi meliputi
pemetaan; pembuatan paritan dan sumur uji, pengukuran topografi, survei
geofisika dan pemboran inti.
Kegiatan
setelah pekerjaan lapangan yang dilakukan antara lain adalah analisis
laboratorium dan pengolahan data. Analisis laboratorium meliputi
analisis kimia dan fisika. Unsur yang dianalisis kimia antara lain : Fetotal, Fe2O3, Fe3O4, TiO2, S, P, SiO2, MgO, CaO, K2O, Al2O3,
LOI. Analisis fisika yang dilakukan antara lain : mineragrafi,
petrografi, berat jenis (BD). Sedangkan pengolahan data adalah
interpretasi hasil dari penyelidikan lapangan dan analisis laboratorium.
Tahapan
eksplorasi adalah urutan penyelidikan geologi yang umumnya dilakukan
melalui empat tahap sbb : Survei tinjau, prospeksi, eksplorasi umum,
eksplorasi rinci. Survei tinjau, tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi
daerah-daerah yang berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala
regional. Prospeksi, tahap eksplorasi dengan jalan mempersempit daerah
yg mengandung endapan mineral yg potensial. Eksplorasi umum, tahap
eksplorasi yang rnerupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang
teridentifikasi .
Eksplorasi
rinci, tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalarn
3-dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohan
singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan.
Penyelidikan geologi
adalah penyelidikan yang berkaitan dengan aspek-aspek geologi
diantaranya : pemetaan geologi, parit uji, sumur uji. Pemetaan adalah
pengamatan dan pengambilan conto yang berkaitan dengan aspek geologi
dilapangan. Pengamatan yang dilakukan meliputi : jenis litologi,
mineralisasi, ubahan dan struktur pada singkapan, sedangkan pengambilan
conto berupa batuan terpilih.
Penyelidikan Geofisika
adalah penyelidikan yang berdasarkan sifat fisik batuan, untuk dapat
mengetahui struktur bawah permukaan, geometri cebakan mineral, serta
sebarannya secara horizontal maupun secara vertical yang mendukung
penafsiran geologi dan geokimia secara langsung maupun tidak langsung.
Pemboran
inti dilakukan setelah penyelidikan geologi dan penyelidikan geofisika.
Penentuan jumlah cadangan (sumberdaya) mineral yang mempunyai nilai
ekonomis adalah suatu hal pertama kali yang perlu dikaji, dihitung
sesuai standar perhitungan cadangan yang berlaku, karena akan
berpengaruh terhadap optimasi rencana usaha tambang, umur tambang dan
hasil yang akan diperoleh.
Dalam hal penentuan cadangan, langkah yang perlu diperhatikan antara lain :
- Memadai atau tidaknya kegiatan dan hasil eksplorasi.
-
Kebenaran penyebaran dan kualitas cadangan berdasarkan korelasi seluruh
data eksplorasi seperti pemboran, analisis conto, dll.
- Kelayakan penentuan batasan cadangan, seperti Cut of Grade, Stripping Ratio,
kedalaman maksimum penambangan, ketebalan minimum dan sebagainya
bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi dan sebaran bijih besi bawah
permukaan.
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Facebook
0 komentar:
Posting Komentar