Minggu, 14 April 2013
KUALITAS BATUBARA
22.20
bro
No comments
untuk mengetahui spesifikasi mesin atau peralatan yang memanfaatkan
batubara sebagai bahan bakarnya sesuai dengan mutu batubara yang akan
digunakan, sehingga mesin – mesin tersebut dapat berfungsi optimal dan
tahan lama. Secara umum, parameter kualitas batubara yang lazim
digunakan adalah kalori, kadar kelembaban, kandungan zat terbang, kadar
abu, kadar karbon, kadar sulfur, ukuran, dan tingkat ketergerusan,
disamping parameter lain seperti analisis unsur yang terdapat dalam abu
(SiO2, Al2O3, P2O5,Fe2O3,
dll), analisis komposisi sulfur (pyritic sulfur, sulfate sulfur,
organic sulfur), dan titik leleh abu (ash fusion temperature).
Mengambil
contoh pembangkit listrik tenaga uap batubara, pengaruh – pengaruh
parameter di atas terhadap peralatan pembangkitan listrik adalah sebagai
berikut:
1. Kalori (Calorific Value atau CV, satuan cal/gr atau kcal/kg)
CV sangat berpengaruh terhadap pengoperasian pulveriser/mill, pipa
batubara dan windbox, serta burner. Semakin tinggi CV maka aliran
batubara setiap jam-nya semakin rendah sehingga kecepatan coal feeder
harus disesuaikan. Untuk batubara dengan kadar kelembaban dan tingkat
ketergerusan yang sama, maka dengan CV yang tinggi menyebabkan
pulveriser akan beroperasi di bawah kapasitas normalnya (menurut
desain), atau dengan kata lain operating ratio-nya menjadi lebih rendah.
2. Kadar kelembaban (Moisture, satuan %)
Hasil analisis untuk kelembaban terbagi menjadi free moisture (FM) dan inherent moisture (IM). Adapun jumlah dari keduanya disebut dengan total moisture
(TM). Kadar kelembaban mempengaruhi jumlah pemakaian udara primernya.
Batubara berkadar kelembaban tinggi akan membutuhkan udara primer lebih
banyak untuk mengeringkan batubara tersebut pada suhu yang ditetapkan
oleh output pulveriser.
3. Zat terbang (Volatile Matter atau VM, satuan %)
Kandungan VM mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan intensitas api.
Penilaian tersebut didasarkan pada perbandingan antara kandungan karbon
(fixed carbon) dengan zat terbang, yang disebut dengan rasio bahan bakar
(fuel ratio).
Fuel Ratio = Fixed Carbon / Volatile Matter
Semakin tinggi nilai fuel ratio maka jumlah karbon di dalam batubara
yang tidak terbakar juga semakin banyak. Kemudian bila perbandingan
tersebut nilainya lebih dari 1.2, pengapian akan kurang bagus sehingga
mengakibatkan kecepatan pembakaran menurun.
4. Kadar abu (Ash content, satuan %)
Kandungan abu akan terbawa bersama gas pembakaran melalui ruang bakar
dan daerah konversi dalam bentuk abu terbang (fly ash) yang jumlahnya
mencapai 80% , dan abu dasar sebanyak 20%. Semakin tinggi kadar abu,
secara umum akan mempengaruhi tingkat pengotoran (fouling), keausan, dan
korosi peralatan yang dilalui.
5. Kadar karbon (Fixed Carbon atau FC, satuan %)
Nilai kadar karbon diperoleh melalui pengurangan angka 100 dengan
jumlah kadar air (kelembaban), kadar abu, dan jumlah zat terbang. Nilai
ini semakin bertambah seiring dengan tingkat pembatubaraan. Kadar karbon
dan jumlah zat terbang digunakan sebagai perhitungan untuk menilai
kualitas bahan bakar, yaitu berupa nilai fuel ratio sebagaimana
dijelaskan di atas.
6. Kadar sulfur (Sulfur content, satuan %)
Kandungan sulfur dalam batubara terbagi dalam pyritic sulfur, sulfate
sulfur, dan organic sulfur. Namun secara umum, penilaian kandungan
sulfur dalam batubara dinyatakan dalam Total Sulfur (TS). Kandungan
sulfur berpengaruh terhadap tingkat korosi sisi dingin yang terjadi pada
elemen pemanas udara, terutama apabila suhu kerja lebih rendah dari
pada titik embun sulfur, disamping berpengaruh terhadap efektivitas
penangkapan abu pada peralatan electrostatic precipitator.
7. Ukuran (Coal size)
Ukuran butir batubara dibatasi pada rentang butir halus (pulverized
coal atau dust coal) dan butir kasar (lump coal). Butir paling halus
untuk ukuran maksimum 3mm, sedangkan butir paling kasar sampai dengan
ukuran 50mm.
8. Tingkat ketergerusan (Hardgrove Grindability Index atau HGI)
Kinerja pulveriser atau mill dirancang pada nilai HGI tertentu. Untuk
HGI lebih rendah, kapasitasnya harus beroperasi lebih rendah dari nilai
standarnya pula untuk menghasilkan tingkat kehalusan (fineness) yang
sama.
Penutup
0 komentar:
Posting Komentar