Jumat, 30 November 2012
KABUPATEN LAHAT
05.58
bro
No comments
EKSPLORASI ENDAPAN BATUBARA
DI DAERAH BUNGAMAS, KABUPATEN LAHAT
Daerah
penyelidikan terletak di sebelah Baratdaya Kota Palembang. Secara
Administratif termasuk wilayah Kecamatan Bungamas, Kabupaten Lahat,
Propinsi Sumatera Selatan. Secara Geografis terletak di antara 102o55’00”-103o30’00” BT dan 3o35”00”-3o55’00” LS.
Secara
regional daerah Bungamas dan sekitarnya termasuk dalam Cekungan
Sumatera Selatan dan formasi pembawa batubaranya adalah Formasi Muara
Enim yang berumur Miosen Akhir-Pliosen Awal, diendapkan dalam lingkungan
darat-laut dangkal.
Dari hasil pemetaan dan pemboran (10 titik) ditemukan 3 (tiga) lapisan batubara, yaitu: Lapisan A, tebal antara 0.75-6,00 m, kemiringan berkisar antara 45o-87º
dengan nilai kalori berkisar antara 5.240-5.790 kal/gr (adb), lapisan
B, tebal antara 1.20-7,00 m, kemiringan berkisar antara 60o-86º
dengan nilai kalori berkisar antara 5.540-6.390 kal/gr (adb), Lapisan
C, tebal berkisar antara 0,80-6.00 m, kemiringan berkisar antara 22o-84º dengan nilai kalori berkisar antara 5.710-6.780 kal/gr (adb). Sedangkan nilai reflektansi vitrinit berkisar antara 0,20-036 %.
Sumberdaya batubara di daerah Bungamas dan sekitarnya sebesar 6.543.904 ton sampai kedalaman 50 meter.
1. PENDAHULUAN
Dalam Proyek Daftar Isian Kegiatan Suplemen Batubara (DIK-S), Tahun Anggaran 1997/1998,
Direktorat Sumberdaya Mineral mendapat tugas untuk melaksanakan
kegiatan pekerjaan Inventarisasi dan Eksplorasi batubara di seluruh
wilayah Indonesia. Salah satu kegiatan inventarisasi dan eksplorasi
endapan batubara tersebut dilaksanakan di daerah Bungamas dan
sekitarnya, Kecamatan Lahat, kabupaten Lahat, Propinsi Sumatera selatan.
Daerah
penyelidikan terletak di sebelah Baratdaya Kota Palembang. Secara
Administratif termasuk wilayah Kecamatan Bungamas, Kabupaten Lahat,
Propinsi Sumatera Selatan. Secara Geografis terletak diantara 102o55’00”-103o30’00” BT dan 3o35”00”-3o55’00” LS (Gambar 3- 1).
Lokasi penyelidikan dapat dicapai dari kota Palembang melalui jalan lintas Sumatera sejauh 300 km sampai
kota Lahat. Dari Lahat dilanjutkan sampai Ibu Kota Kecamatan Bungamas
yang dianggap paling dekat dengan daerah penyelidikan selama kurang
lebih 2 jam perjalanan, sedangkan untuk mencapai lokasi-lokasi daerah
penyelidikan dapat dicapai dengan cara menyusuri sungai atau merintis jalan.
2. GEOLOGI REGIONAL
Secara
regional daerah penyelidikan termasuk ke dalam Cekungan Sumatera
selatan yang merupakan Cekungan Belakang Busur (‘Back Arc Basin’)
terbentuk oleh adanya pergerakan ulang patahan-patahan bongkah, dimana
kelompok sesar normal membentuk bongkah-bongkah (“Block faulting”)
pada batuan dasar (“Basement”) Pra-Tersier serta diikuti oleh kegiatan
Volkanisme secara periodik.
Batuan
yang terdapat di daerah penyelidikan terdiri dari batuan Pra-tersier
dan batuan endapan benua klastika yang bermur Tersier. Batuan
Pra-Tersier merupakan batuan dasar yang tergabung dalam
Formasi Sepingtiang, Lingsing dan Saling yang berumur Jura Akhir-Kapur
Awal yang diendapkan pada lingkungan laut dalam. Diatas batuan tersebut
diendapkan secara tidak selaras batuan endapan benua klastika dari
Formasi Kikim dan Anggota Cawang Formasi Kikim yang berumur Paleosen-Oligosen Tengah.
Formasi Kikim ditindih secara
tidak selaras oleh Formasi Talangakar yang berumur Oligosen
Akhir-Miosen Awal yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal. Formasi
Talangakar selaras diatasnya oleh Formasi Baturaja yang berumur Miosen
Awal. Di atas Formasi Baturaja diendapkan selaras Formasi Gumai yang
berumur Akhir Miosen Awal-Awal Miosen Tengah dan ditutupi selaras oleh
Formasi Air Benakat yang berumur Miosen Tengah-Miosen Akhir yang
diendapkan pada lingkungan laut dangkal.
Diatas Formasi Air Benakat diendapkan selaras Formasi Muara Enim yang berumur Miosen Akhir-Pliosen pada lingkungan peralihan yaitu lingkungan darat hingga laut dangkal.
Formasi Kasai yang
berumur Plio-Plistosen diendapkan pada lingkungan darat menutupi tidak
selaras Formasi Muara Enim. Ketidak selarasan ini mencerminkan adanya
periode pengangkatan dan erosi setempat yang terjadi di Pegunungan
Barisan (Gambar 3- 2).
Struktur
geologi daerah penyelidikan terjadi akibat adanya suatu proses
pengangkatan batuan Paleozoik dan Mesozoik yang menyebabkan batuan
terlipat kuat. Kegiatan tektonik terus berlangsung sampai Tersier Awal.
Akibat dari pensesaran bongkah regional menyebabkan terbentuknya dua
cekungan sedimen utama berbentuk meanjang yaitu Cekungan Sumatera
selatan dan Cekungan Bengkulu, sedangkan tektonik Plio-Plistosen
menghasilkan struktur penting berarah Baratlaut-Tenggara.
Kerumitan
pola sesar pada batuan sedimen Tersier ini diduga erat kaitannya dengan
pensesaran pada batuan alas (Basement) yang diperkirakan sebagai
penyebab adanya variasi ketebalan batubara.
3. GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN
Daerah penyelidikan yang
terletak di daerah Bungamas dan sekitarnya merupaka bagian dari
cekungan Sumatera Selatan. Cekungan tersebut dikenal sebagai penghasil
batubara terbesar di indonesia.
Secara
umum morfologi daerah penyelidikan terbagi menjadi tiga satuam
morfologi, yaitu Satuan Morfologi Pedataran, Satuan Morfologi Perbukitan
Berelief Sedang dan Satuan Morfologi Perbukitan Berelief Kasar.
Stratigrafi
daerah penyelidikan dapat digolongkan menjadi 3 yaitu : Kelompok Batuan
Par-Tersier dan Batuan Terobosan/Intrusi Batuan Beku, Kelompok Batuan
Tersier dan Endapan Kwarter (Tabel 3- 1).
Kelompok Batuan Pra-Tersier
Kelompok batuan ini yang tergabung dalam Formasi
Sepingtiang, Lingsing, dan Formasi Saling yang diperkirakan berumurJura
Akhir-Kapur Awal. Hubungan stratigrafi antara Formasi Lingsing dan
Saling adalah Menjemari, sedangkan Formasi sepingtiang menyentuh kedua
formasi tersebut secara tektonik.
Formasi Sepingtiang menempati
sebelah Baratdaya daerah penelitian, batuan penyusunnya terdiri dari
batugamping terumbu yang sudah mengalami ubahan, tersingkap di sungai
empayang Lintang dan empayang kasap, sifat fisik batuan tersebut adalah
berwarna putih, hitam, hijau dan abu-abu, keras dan pejal.
Formasi Lingsing menempati
sepanjang Sungai Cawang, dimana batuan penyusunnya terdiri dari rijang,
batulempung berwarna merah, terdapat urat-urat tipis silika.
Formasi Saling tersingkap di Sungai Cawang, batuan
penyusunnya terdiri dari batuan volkanik dan batupasir konglomeratan
sedangkan batuan yang bersifat andesitik-basaltik tersingkap di sungai
empayang Lintang dan Empayang Kasap.
Batuan-batuan yang terdapat pada Formasi Sepingtiang, Saling dan Lingsing diendapkan pada lingkungan laut dangkal-lautdalam.
Kelompok Batuan Tersier
Kelompok
batuan ini tersingkap di daerah penyelidikan yang tergabung dalam
Formasi Kikim, Anggota Cawang Formasi kikim, Talangakar, Gumai, Air
Benakat, Muara Enim dan Kasai.
Formasi Kikim
menempati sebelah selatan dan baratdaya daerah penyelidikan, batuan
penyusunya terdiri dari breksi volkanik, batupasir tufan, batulempung,
dan batulanau, tersingkap di Sungai Cawang dan diperkirakan berumur
Paleosen-Oligosen Awal.
Anggota Cawang Formasi Kikim
sebarannya meliputi daerah sebelah selatan dan baratdaya daerah
penyelidikan. Hubungan stratigrafi dengan Formasi Kikim saling
menjemari, batuan penyusunnya terdiri dari batupasir kuarsa
konglomeratan, batupasir, batulempung dan batulanau yang mempunyai
kisaran umur antara Paleosen-Oligosen.
Formasi Gumai menempati sebelah
selatan daerah penyelidikan, dimulai dari Sungai Empayang, Cawang,
Saling, Suban menerus sampai ke Sungai Gelumpai dan Sungai Kikim Kecil.
Batuan penyusunnya terdiri dari serpih hitam dengan lensa-lensa dan
nodul batugamping berbentuk silinder, sedangkan pirit menyebar tidak
merata, halus-bongkah berdiameter 2-6 cm, berbentuk framboidal. Diduga
mempunyai kisaran umur Miosen tengah.
Formasi Air Benakat sebarannya
memanjang dari timur ke barat daerah penyelidikan, dimana batuan
penyusunnya terdiri dari batulempung, batulanau dan batupasir,
diperkirakan berumur Miosen Tengah-miosen Akhir.
Formasi Muaraenim merupakan
formasi pembawa batubara (“Coal Bearing Formation”) di daerah
penyelidikan, tersingkap di bagian tengah dan sebarannya berarah
barat-timur, menipis ke arah barat selaras diatas Formasi Air benakat,
berumur Miosen Tengah-Miosen Atas dan diendapkan pada lingkungan laut
dangkal. Batuan penyusunnya terdiri dari Batupasir, batupasir tufan,
batulempung, batulanau dan batubara.
Struktur
geologi yang berkembang di daerah penyelidikan berupa struktur lipatan
dan sesar yang terdapat dalam batuan Pra-Tersier dan Tersier. Struktur
lipatan dalam batuan Pra-Tersier terdapat di sekitar Pegunungan Gumai,
yang intensitas deformasinya menunjukan lebih dari satu periode.
Sedangkan struktur lipatan dalam batuan tersier berupa
sinklin dan antiklin yang terdapat di sekitar Lahat dan di Sungai
Puntang. Arah dari sumbu lipatannya hampir barat-timur.
Sedangkan
sesar mendatar yang terdapat di daerah Muara Cawang, Sukarame berarah
baratlaut-tenggara, mengoyak satuan batupasir, batulempung, batulanau, serpih dan napal yang terdapat pada Formasi Muara Enim, Airbenakat dan Gumai.
Sesar
normal yang terdapat disekitar Batuninding dan hulu Sungai Saling,
berarah timurlaut-baratdaya dan baratlaut-tenggara, mengoyak Formasi
Muara Enim, Airbenakat, Gumai, Talangakar, Kikim, Anggota cawang Formasi
Kikim, Lingsing dan Formasi Saling. Sesar-sesar tersebut diduga terjadi
akibat adanya fase kejadian tektonik Plio-Plistosen.
4. POTENSI ENDAPAN BATUBARA
Penyelidikan yang dilakukan ditekankan pada formasi pembawa batubara yaitu Formasi Muara Enim, karena formasi ini diduga mengandung endapan batubara yang cukup prospek untuk dikembangkan.
Tahapan pekerjaan yang dilakukan di lapangan dibagi menjadi 2 yaitu pekerjaan pemetaan geologi dan pemboran.
Pekerjaan Pemetaan
Pekerjaan
ini meliputi pemetaan geologi tinjau dengan luas daerah sekitar 93.750
Ha, dengan skala 1 : 50.000, dan pemetaan geologi rinci dibatasi hanya
pada formasi pembawa batubaranya saja. Dari hasil pemetaan diketahui
bahwa formasi pembawa batubara di daerah penyelidikan adalah Formasi
Muara enim, dan pada formasi tersebut ditemukan 36 lokasi singkapan
batubara yang tersebar di beberapa daerah (Gambar 3- 3).
Sedangkan
pekerjaan pemboran dilakukan sebanyak 10 buah lobang bor dengan
kedalaman terbatas sampai 25 meter. Pemboran dilakukan di tempat-tempat
tertentu yang sulit mendapatkan singkapan dan mungkin letak batubara
jauh dibawah permukaan, dengan adanya pemboran tersebut bisa melacak
kedalaman dan sejauh mana penyebaran batubara di daerah penyelidikan.
Berdasarkan
hasil rekonstruksi data-data dari singkapan dan hasil pemboran,
diketahui bahwa di daerah Bungamas dan sekitarnya terdapat tiga lapisan
batubara yang cukup prospek yang masing-masing antara lain :
¨ Lapisan A : Ketebalan batubara pada lapisan ini berkisar antara 0,75-6,00 meter, kemiringan lapisan antara 45o-87o dan dapat diikuti sepanjang 5.000 meter.
¨ Lapisan B : Ketebalan batubara pada lapisan ini berkisar antara 1,20-7,00 meter, kemiringan lapisan antara 60o-86o dan dapat diikuti sepanjang 12.250 meter.
¨ Lapisan C : Ketebalan batubara pada lapisan ini berkisar antara 0,80-6,00 meter, kemiringan lapisan antara 22o-84o dan dapat diikuti sepanjang 8.500 meter.
5. KUALITAS BATUBARA
Kualitas
batubara dari hasil analisis kimia (adb) terhadap 24 conto batubara
menunjukan Nilai Kalori (CV) berkisar dari 5.240-6.780 kal/gram, Kadar
Abu (Ash) berkisar antara 1.7-12.4%, Zat terbang (VM) berkisar antara
38.7-53.7%, Karbon Tertambat (FC) berkisar antara 32.4-43.9%, kadar
belerang (S) berkisar antara 0.18-2.89%, Kadar Air Total (TM ) berkisar
antara 17.2-37.4%, Kadar Air Tertambat (IM) berkisar antara 8.5-14.9%. Sedangkan
hasil analisis Petrografi dari 12 coto batubara menunjukan nilai
reflektansi sebagai berikut : Lapisan A nilai reflektansinya berkisar
dari 0,2-033 ; Lapisan B nilai reflektansinya berkisar dari 0,32-0,35 ; Lapisan C nilai reflektansinya berkisar dari 0,34-0,38 %.
6. SUMBERDAYA BATUBARA
Perhitungan sumberdaya batubara dalam penyelidikan ini dilakukan
berdasarkan hasil rekonstruksi masing-masing penyebaran lapisan
batubara. Dari hasil rekonstruksi tersebut diketahui sumberdaya batubara
sampai kedalaman 50 meter di daerah penyelidikan sebesar 6.543.904 ton
7. POSPEK PENGEMBANGAN BATUBARA
Secara
kualitas, batubara yang terdapat di daerah Bungamas dan sekitarnya
menunjukkan nilai kalori yang cukup bagus berkisar antara 5.240 – 6.780
kal/gr, dengan kadar abu sekitar 1,7 – 12,4 % serta sulfur berkisar
antara 0,18-2,89 %.
Sedangkan
secara kuantitas, sumber daya batubara di daerah Bungamas dan
sekitarnya cukup besar dan layak dipertimbangkan untuk usaha
pertambangan skala besar, dengan pertimbangan lokasi tersebut dekat
dengan jalan utama sebagai sarana transportasi.
6. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
· Formasi
pembawa batubara di daerah Bungamas dan sekitarnya adalah Formasi Muara
Enim yang berumur Miosen Akhir-Pliosen Awal dan diendapkan pada
lingkungan darat-laut dangkal.
· Hasil pengamatan dari 36 singkapan batubara yang terdapat di daerah penyelidikan terdapat tiga lapisan batubara dengan ketebalan bervariasi dari 0,75-7,00 meter. Kemiringan bervariasi dari 22o-87o dan Nilai kalori berkisar dari 5.455-6.780 kal/gr. Sedangkan hasil analisa petrografi dari 12 conto batubara menunjukan nilai reflektansi berkisar dari 0,22-0,38.
· Sumberdaya batubara terindikasi di daerah penyelidikan dan sekitarnya sampai kedalaman 50 meter sebesar 6.543.904 ton.
0 komentar:
Posting Komentar