Senin, 01 Juli 2013
BLOK MAHAKAM BAGI DAHLAN ISKAN
09.25
bro
No comments
Tiga minggu kemaren Dahlan Iskan sorak sorai
laba minyak kita bisa 24 Trilyun, ini berarti terbesar sepanjang
sejarah, Dahlan agak membusungkan dada, ini berarti dia berhasil
mengefektifkan Pertamina, tapi apa nyana Petronas kasih laba ke pemerintah 160 triliun. Ada apa dengan Pertamina?
Pertamina adalah perusahaan yang didirikan Bung Karno dengan arah sebagai perusahaan terbesar di dunia, Bung Karno sampai todong tiga perusahaan besar : Shell, Stanvac dan Mobil Oil kasih cash dollar dari keuntungannya untuk persediaan Pertamina, bahkan Bung Karno mengancam bila tiga perusahaan asing itu menolak, Bung Karno cari perusahaan minyak laen sebagai rekanan, disini Bung Karno berhasil menjadi "Boss di Negerinya sendiri".
Saat itu asing marah besar, dua negara Amerika Serikat dan Inggris bikin aksi intelijen, Bung Karno menyebut sebagai "Intel-Intelan Nekolim" tapi akhirnya Bung Karno kepancing masuk ke Malaysia dengan cek bodong dari Mao Tse Tung, akhirnya Bung Karno malah didongkel Jenderal-Jenderalnya sendiri.
Pertamina yang masih dipegang Ibnu kemudian jadi maenan media pers, gaya Ibnu yang mewah jadi pintu masuk bagi agen asing menghantam Pertamina dengan memanfaatkan isu korupsi, kelompok Widjojo menolak Ibnu seraya mendongkel Ibnu dengan tuduhan korupsi sebenarnya adalah intervensi birokrasi masuk ke dalam tubuh Pertamina. Sejak kejatuhan Ibnu di medio 1970-an, Pertamina yang awalnya jadi perusahaan paling digdaya di Asia menjadi perusahaan kecil yang hanya sumber upeti untuk kekuasaan.
Saat ini kita baru sadar, sumber-sumber minyak kita dikuasai asing, banyak dari kita bicara soal eksploitasi, bahwa penambahan barrel minyak itu eksploitasi...eksploitasi, padahal tidak penambahan minyak itu dilakukan dengan melakukan eksplorasi, yaitu pencarian sumber-sumber minyak baru, sambil juga menghentikan kontrak asing, misalnya kontrak yang sudah selesai tidak diperpanjang lagi tapi diserahkan kepada Perusahaan minyak nasional. Pertamina harus dimodali dan diberikan kekuatan besar untuk menjadi perusahaan risk taker yang mencari sumber-sumber minyak baru dengan didanai negara. Kita bisa membakar 600 trilyun duit BLBI, masak kita takut ambil resiko untuk cari minyak di negeri sendiri?
Blok Mahakam misalnya, selesai tahun 2017, tapi apakah Blok Mahakam ini bisa diserahkan Indonesia, Dahlan Iskan sudah pasang badan dan siap mati memberikan hadiah terbesar Blok Mahakam kepada Pertamina dan menghentikan pengelolaan asing, Dahlan bertanya pada Karen Dirut Pertamina "Berapa yang kita dapet kalo Blok Mahakam dikuasai Pertamina?" Karen menjawab "170 Trilyun". Lalu Dahlan berseru "Nah, kita bisa mengalahkan Petronas kalau kita merebut Blok Mahakam". Lalu Dahlan bilang "Blok Mahakam itu Autobahn, semacam jalan tol Jerman yang bisa membuat Indonesia menyerbu aset-aset miliknya sendiri".
Persoalannya apakah Menteri ESDM Jero Wacik setuju Blok Mahakam dikuasai Indonesia, apakah berani Menteri ESDM menolak untuk menjadi kacung asing? Dahlan sudah memicu tembakan menguasai Blok Mahakam, membangun kesadaran menghancurkan perusahaan impor minyak Petral dan berusaha melatih ribuan tenaga muda yang siap latih mengebor dan mengeksploitasi minyak.
Andai Pertamina menguasai Blok Mahakam dan terjadi skenario 170 Triliun ke tangan Pemerintah Indonesia, maka Bank-Bank Nasional bisa bersatu dalam pemberian kredit eksplorasi, ini persoalan ekonomi kita jangka panjang. Tapi mau tidak Indonesia memiliki garis politik merebut minyak kita?
Dan Dahlan sudah memulainya.................
Pertamina adalah perusahaan yang didirikan Bung Karno dengan arah sebagai perusahaan terbesar di dunia, Bung Karno sampai todong tiga perusahaan besar : Shell, Stanvac dan Mobil Oil kasih cash dollar dari keuntungannya untuk persediaan Pertamina, bahkan Bung Karno mengancam bila tiga perusahaan asing itu menolak, Bung Karno cari perusahaan minyak laen sebagai rekanan, disini Bung Karno berhasil menjadi "Boss di Negerinya sendiri".
Saat itu asing marah besar, dua negara Amerika Serikat dan Inggris bikin aksi intelijen, Bung Karno menyebut sebagai "Intel-Intelan Nekolim" tapi akhirnya Bung Karno kepancing masuk ke Malaysia dengan cek bodong dari Mao Tse Tung, akhirnya Bung Karno malah didongkel Jenderal-Jenderalnya sendiri.
Pertamina yang masih dipegang Ibnu kemudian jadi maenan media pers, gaya Ibnu yang mewah jadi pintu masuk bagi agen asing menghantam Pertamina dengan memanfaatkan isu korupsi, kelompok Widjojo menolak Ibnu seraya mendongkel Ibnu dengan tuduhan korupsi sebenarnya adalah intervensi birokrasi masuk ke dalam tubuh Pertamina. Sejak kejatuhan Ibnu di medio 1970-an, Pertamina yang awalnya jadi perusahaan paling digdaya di Asia menjadi perusahaan kecil yang hanya sumber upeti untuk kekuasaan.
Saat ini kita baru sadar, sumber-sumber minyak kita dikuasai asing, banyak dari kita bicara soal eksploitasi, bahwa penambahan barrel minyak itu eksploitasi...eksploitasi, padahal tidak penambahan minyak itu dilakukan dengan melakukan eksplorasi, yaitu pencarian sumber-sumber minyak baru, sambil juga menghentikan kontrak asing, misalnya kontrak yang sudah selesai tidak diperpanjang lagi tapi diserahkan kepada Perusahaan minyak nasional. Pertamina harus dimodali dan diberikan kekuatan besar untuk menjadi perusahaan risk taker yang mencari sumber-sumber minyak baru dengan didanai negara. Kita bisa membakar 600 trilyun duit BLBI, masak kita takut ambil resiko untuk cari minyak di negeri sendiri?
Blok Mahakam misalnya, selesai tahun 2017, tapi apakah Blok Mahakam ini bisa diserahkan Indonesia, Dahlan Iskan sudah pasang badan dan siap mati memberikan hadiah terbesar Blok Mahakam kepada Pertamina dan menghentikan pengelolaan asing, Dahlan bertanya pada Karen Dirut Pertamina "Berapa yang kita dapet kalo Blok Mahakam dikuasai Pertamina?" Karen menjawab "170 Trilyun". Lalu Dahlan berseru "Nah, kita bisa mengalahkan Petronas kalau kita merebut Blok Mahakam". Lalu Dahlan bilang "Blok Mahakam itu Autobahn, semacam jalan tol Jerman yang bisa membuat Indonesia menyerbu aset-aset miliknya sendiri".
Persoalannya apakah Menteri ESDM Jero Wacik setuju Blok Mahakam dikuasai Indonesia, apakah berani Menteri ESDM menolak untuk menjadi kacung asing? Dahlan sudah memicu tembakan menguasai Blok Mahakam, membangun kesadaran menghancurkan perusahaan impor minyak Petral dan berusaha melatih ribuan tenaga muda yang siap latih mengebor dan mengeksploitasi minyak.
Andai Pertamina menguasai Blok Mahakam dan terjadi skenario 170 Triliun ke tangan Pemerintah Indonesia, maka Bank-Bank Nasional bisa bersatu dalam pemberian kredit eksplorasi, ini persoalan ekonomi kita jangka panjang. Tapi mau tidak Indonesia memiliki garis politik merebut minyak kita?
Dan Dahlan sudah memulainya.................
0 komentar:
Posting Komentar