Batuan Dasar
Batuan dasar diangap sebagai batuan metamorf ataupun batuan beku (tanpa menghiraukan umur) yang ditumpangi tak selaras oleh sebuah sekuen batuan sedimen (Landes et al, 1960).
Menurut Sircar (2004) batuan dasar umumnya memiliki karateristik keras dan brittle dengan porositas matrik dan permeabilitas yang rendah. Namun biasanya porositas yang berkembang adalah porositas sekunder. Porositas sekunder mungkin dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan asal muasalnya. Yaitu:
- Tectonic Porosity yaitu berupa rekahan, sesar, kekar, dan lain-lain, yang bersekalamicrofracture sampai dengan sesar dan zona yang terdampak sesar yang dapat ditangkap oleh resolusi seismik.
- Dissolution Porosity yaitu efek dari adanya pelarutan pada zona pelapukan, atupun juga dapat terjadi pada zona sesar yang berasosiasi dengan sirkulasi hidrotermal.
Arguilera dalam Sircar (2004) mengkarakteristikan reservoir terekahkan berdasarkan atas:
- Distribusi porositas antara matrik dan sistem rekahan.
- Intensitas jarak antar rekahan
- Lebar rekahan.
Konfigurasi Batuan Induk dan Batuan Dasar serta Migrasi yang Terjadi
Menurut Sircar (2004) pada umumnya dikenal tiga konfigurasi batuan sumber minyak danbasement, yaitu:
- Batuan organik menutupi batuan dasar terekahkan ini, dan karena adanya tekanan yang lokal ke bawah, maka minyak diperas dan dialirkan ke bawah menuju batuan dasar yang terekahkan.
- Lateral dengan batuan dasar, namun secara topografi batuan organik di bawahnya yang memproduksi minyak dan mengalirkannya melalui lapisan pembawa, dan termigrasi keatas menuju batuan dasar.
- Batuan dasar terletak di bawah daripada batuan dasar. Reservoir lateral yang awalnya menjebak minyak tumpah karena adanya proses tilting atau overfilling.
Gambar Sebuah Sketsa Skema Sebuah Reservoir Batuan Dasar dan Pengumpulan Hidrokarbon dari Batuan Sumber (Harvey dkk, 2005)
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Facebook
0 komentar:
Posting Komentar