Penanggulangan dan pencegahan bahaya longsoran tanah dapat dilakukan
dengan berbagai cara dan metoda, baik yang berkaitan dengan tipe
longsoran dan faktor penyebabnya. Terdapat beberapa tipe longsoran tanah
yang dapat ditanggulangi melalui rekayasa keteknikan, seperti membuat
terasering di kawasan perbukitan yang berlereng terjal agar lereng
menjadi stabil, atau struktur pondasi bangunannya menggunakan tiang
pancang hingga mencapai kedalaman tertentu sehingga dapat menahan
bangunan jika terjadi longsoran tanah. Untuk dapat mengetahui secara
detil tentang tipe dan faktor penyebab longsoran tanah di suatu wilayah,
maka diperlukan penyelidikan geologi secara detail dan komprehensif
sehinga dapat diketahui secara pasti sebaran, lokasi, jenis gerakan
tanahnya serta kestabilan wilayah di daerah tersebut. Peta kestabilan
wilayah dan lokasi gerakan tanah merupakan out-put dari penyelidikan
geologi yang berguna untuk perencanaan tataguna lahan.
Diperlihatkan beberapa lokasi pemukiman yang terlanjur ada di kawasan
rawan bencana geologi, terutama bahaya tanah longsor. Dalam gambar
tampak lokasi pemukiman yang berada di sekitar suatu jalur patahan
(kiri) dan kawasan pemukiman yang berada di kaki perbukitan yang rentan
terhadap longsoran tanah (kanan). Pada gambar tampak pemukiman yang
tersebar hingga mencapai kawasan yang berada di lereng-lereng berbukitan
tanpa memperhitungkan faktor kestabilan lerengnya yang berpotensi
longsor. Penelitian geologi untuk kerentanan longsoran tanah umumnya
melibatkan pemetaan dan kajian terhadap karakteristik tanah dan batuan.
Sifat tanah/struktur tanah yang harus diteliti adalah: kekerasan,
klastisitas, permeabilitas, plastisitas, dan komposisi mineralnya,
terutama untuk tanah yang tersusun dari mineral lempung (mineral
montmorilonite) yang dapat memicu terjadinya gerakan tanah, sedangkan
untuk batuan yang dikaji adalah jenis dan struktur batuannya, terutama
untuk lapisan batuan yang lemah dan banyak rekahannya (kekarnya).
Faktor hidrologi juga harus menjadi perhatian dalam penyelidikan,
terutama mengenai penyebaran pola pengaliran, sebaran mata air dan mata
air panas, serta lapisan-lapisan batuan permeable yang berhubungan
dengan air tanah. Keterlibatan faktor pemicu gerakan tanah harus dikaji
dan di evaluasi, seperti:
a) cuaca dan iklim guna mengetahui hubungan antara periode curah hujan dengan longsoran.
b) data air bawah tanah sebelum dan sesudah terjadi longsoran.
c) catatan kegempaan untuk menentukan hubungan antara longsoran dengan gempabumi.
d) catatan mengenai pembukaan dan penggalian lahan dan aktivitas di atas
lahan yang kemungkinan melebihi beban atau penambangan tanah pada
lereng-lereng bukit.
Penelitian bawah permukaan diperlukan guna mengetahui hubungan 3 (tiga)
dimensinya serta mendapatkan contoh batuan yang diperlukan untuk diuji
di laboratorium, seperti pengujian kuat tekan (shear-strength),
sensitivitas batuan, serta sifat-sifat keteknikan lainnya. Begitu juga
dengan sifat dan struktur tanah perlu dilakukan pengujian baik di
laboratorium maupun pengujian lapangan dengan cara pembuatan sumuran uji
(testpit), pembuatan paritan uji (trenches) dan pemboran. Observasi air
tanah perlu dilakukan untuk mendapatkan data-data tinggi muka air,
tekanan air, dan arah aliran. Penyelidikan geofisika dapat juga
dilakukan untuk mendapatkan data data tentang ketebalan lapisan tanah
dan kedalaman batuan dasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih banyak atas partisipasi dan informasinya