Proses UBC merupakan
salah satu cara penghilangan kadar air dalam batubara melalui proses penguapan
(evaporasi). Dibandingkan dengan teknologi upgrading lainnya, seperti hot
water drying (HWD) atau steam drying (SD) yang dilakukan pada
temperatur diatas 275oC dan tekanan yang cukup tinggi 5.500 kpa
(Baker,dkk.,1986), proses UBC sangat sederhana karena temperature dan tekanan
yang digunakan lebih rendah, yaitu 150 – 160oC dengan tekanan 350
Kpa. Dengan rendahnya temperatur dan tekanan, pengeluaran tar dari batu bara
belum sempurna, karenya perlu ditambahkan zat aditif sebagai penutup permukaan
batubara seperti kanji, tetes tebu (mollase), slope pekat (fuse oil),
minyak residu, dan lain-lain. Untuk proses UBC sebagai aditif digunakan low
sulfur wax residue (LSWR) yang merupakan senyawa organik yang beberapa
sifat kimianya mempunyai kesamaan dengan batubara. Denagn kesamaan sifat kimia
tersebut, residu yang masuk kedalam pori-pori batubara akan kering kemudian
bersatu denagan batubara. Lapisan minyak ini cukup kuat dan dapat menempel pada
waktu yang cukup lama sehingga batubara dapat disimpan di tempat terbuka untuk
jangka waktu yang cukup lama (Couch, 1990)
Salah satu alternative
batubara produk proses UBC adalah dalam bentuk slurry atau disebut juga
dengan coal water mixture (CWM) atau coal water fuel (CWF) yang
mempunyai viskositas yang ekivalen dengan minyak berat.
Hasil penelitian pada
pilot plant UBC dengan kapasitas 5 ton/hari, yang dibangun dan beroperasi di
Palimanan Cirebon sejak tahun 2003 dengan commissioning menggunakan
batubara Binungan, Kalimantan Timur (Umar,dkk.,2003) menunjukkan bahwa
karakteristik batubara kalori rendah anatar satu daerah dengan daerah lainnya
berbeda, sehingga perlakuan dalam proses UBC harus berbeda pula. Hali ini
ditunjukkan dengan perbedaan hasil evaluasi unjuk kerja peralatan proses UBC,
terutama pada slurry dewatering, decanter (pemisahan batubara-minyak) dan
pengeringan batubara. Penelitian dengan batubara Samarangau, Kalimantan Timur,
diketahui bahaa kecepatan umpan dan temperatur proses mempengaruhi kualitas
batubara hasil proses. Kecepatan umpan 100 kg/jam, temperatur 160oC
dan tekanan 300 Kpa memberikan hasil yang terbaik dengan persen penurunan kadar
air terbesar, yaitu 94,80%. Pada kondisi ini nilai kalor dari 4657 kal/gr naik
menjadi 6632 kal/gr atau persen kenaikan 40,6 % (Umar,dkk.,2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih banyak atas partisipasi dan informasinya