Selasa, 23 September 2014

HITUNG HITUNGAN PABRIK PEMAKAIAN BATUBARA






Kerugian penggunaan batu bara terkadang tidak di sadari secara langsung oleh pengguna batu bara sebab tidak ketahui secara langsung oleh user ketika pembelian dan penggunaan batu bara itu terjadi, padahal jika ditelusuri secara detail , pemborosan batu bara terjadi secara terus menerus setiap hari.
Sebagian besar pembelian batu bara itu hanya berdasarkan kepercayaan pihak pembeli terhadap hasil tes dari pihak penjual, dan hasil tes nya pun dari laboratorium yang terakreditasi atau resmi. 
Masalah utama nya adalah bukan hasil tes nya, akan tetapi tata cara dan frekuensi pengambilan sampelnya. Misal nya pengambilan sampel terhadap tumpukan, stockpile,etc maupun jumlah sampel sedemikian rupa merupakan representatif dari barang yg dikirimkan ke pembeli.
Ada beberapa parameter dalam sebuah persutujuan pembelian batu bara, dalam pembahasan ini kita hanya batasi 2 parameter: CV (Calorific Value) dan Kelembaban.
Contohnya:
Ø  Misalkan suatu perusahaan X pengguna batu bara membutuhkan batu bara 100 ton/bulan dengan kapasitas mesin boilernya 2000 Kg untuk menjalankan proses produksinya. Perusahaan tersebut membutuhkan kualitas batu bara dari penjual dengan  spesifikasi sebagai berikut:
·         Kualitas = 7000 CV(kcal/kg) dan 10 % TM (Total Moisture) atau Total Kelembaban
·         Harga batu bara misalnya US$ 84/ton
Dengan alasan tertentu, ternyata kualitas batu bara yang dikirim ke pembeli tidak seperti yang di perlukan oleh pengguna batu bara, walaupun pengiriman batu bara itu sudah disertakan dengan hasil uji laborotrium seperti
Misalkan kualitas batu bara yang di terima adalah sekitar 5700 Kcal/kg (CV) dan 10% TM. Awalnya, pengguna boiler akan memasukan jumlah batu bara ke boiler seperti yang sudah diperhitungkan. Akan tetapi, oleh karena kualitas batu bara yang di kirim itu tidak sesuai, maka pengguna boiler akan menambah batu bara supaya boiler bisa berfungsi seperti seharusnya.
Dari sudut pandang CV, kerugian bisa di hitung sebagai beikut:
·         Kualitas batu bara yang dijianjikan VS kualitas batu bara yg di kirimkan:
7000 CV = US$ 84 / ton
5700 CV = US$ 60 / ton
Perbedaan US$ 24 / ton, jadi kalau pembelian 100 ton / bulan, estimasi total kerugian adalah kira-kira US$ 2400 / bulan.

·         Komsumsi batu bara di boiler, oleh karena spesifikasi batu bara yang dikirim tidak sesuai, pengguna boiler akan menambah batu bara untuk mencapai  kinerja boiler yang maksimal.

Perhitungan kerugiaannya sebagai berikut :

Kapasitas Boiler x Nilai Faktor Energy = Jumlah Batubara yang dibutuhkan
Energy Batubara           =  Jumlah Batubara yang dibutuhkan + 30 %
Nilai Kalori batubara

Asumsi :
Supplier memberikan Batubara dengan kalori = 5700
2000 Kg x 540 kkal/kg  = 1.080.000 kkal   = 189.5 kg + 30 % = 246.4 kg
                                            5700  kkal / kg

Nilai Kalori Batubara yang dibutuhkan Boiler = 7000
2000 Kg x 540 kkal/kg  = 1.080.000 kkal   = 154.3 kg + 30 % = 200.6 kg
                                             7000 kkal / kg
                Selisih : 246.4 kg – 200.6 kg = 45.8 Kg
Jadi kerugian yang kita terima dalam jumlah banyaknya batu bara yang harus ditambahkan ke dalam boiler akan lebih banyak +/- 45 kg / sekali proses.
45 Kg x 24 jam x 30 hari = 32.400 Kg  
32.400 Kg x USD 24 = US$ 777.6
Note: Perhitungan diatas berdasarkan Boiler Handbook
Total kerugian nya untuk pengguna batubara dengan boiler kapasitas 2000 kg adalah: US$ 2400 + US$ 777.6 = US$ 3177.6 per bulan.
Asumsi ini adalah jika total kelembaban nya adalah cocok dengan spesifikasi nya, jika kelembaban batubara yang diterima adalah lebih besar, kerugian akan bertambah lagi dengan perhitungan baru terhadap efek kelembaban.
Demikian juga dengan parameter-parameter lainnya seperti sulfur, ash, etc yang bisa menyebabkan masalah jangka panjang terhadap infrastruktur boiler nya.

EMAS DAN MISTERINYA

Logam Mulia Merupakan Hasil dari Ledakan Meteorit,  Analis2 Batu Menemukannya



Sep. 9, 2011 

Analisis yang sangat teliti dari beberapa sampel batuan tertua di Bumi oleh para peneliti di University of Bristol memberikan bukti nyata bahwa cadangan2 logam mulia planet yang dapat diakses ini adalah hasil dari suatu ledakan meteorit lebih dari 200 juta tahun setelah Bumi terbentuk.

Penelitian ini diterbitkan di Nature.

Selama pembentukan Bumi, besi yang meleleh tenggelam ke pusatnya untuk membuat inti bumi. Proses ini membawa sebagian besar logam2 mulia planet ini – seperti emas dan platina. Nyatanya, ada cukup banyak logam2 mulia di inti bumi untuk menutupi seluruh pemukaan Bumi dengan lapisan yang tebalnya empat meter. 

Pemindahan emas ke inti bumi seharusnya meninggalkan porsi bagian terluar dari bumi kehilangan perhiasan2 yang mencolok (bling). Namun, logam2 mulia adalah puluhan sampai ribuan kali lebih banyak di dalam mantel silikat bumi dari yang diperkirakan. Sebelumnya ini diperdebatkan bahwa kebetulan tersebut dimana banyaknya jumlah yang ada merupakan hasil dari kataklismik hujan meteor yang menabrak bumi setelah inti bumi terbentuk. Muatan yang penuh emas dari meteorit kemudian bertambah dengan sendirinya ke mantel dan tidak hilang ke bagian dalam bumi. 
Untuk mengetes teori tersebut Dr Matthias Willboard dan Prof Tim Elliot dari the Bristol Isotope Group di School of Earth Sciences menganalisi batuan2 dari Greenland yang berumur hampir 4 milyar tahun, yang dikumpulkan oleh Professor Stephen Moorbath dari University of Oxford. Batuan2 tua tersebut memrikanb sebuah jendela yang unik ke komposisi planet kita secara singkat setelah formasi inti bumi tetapi sebelum ledakan meteorit terjadi.

Para peneliti menetapkan adanya komposisi isotopik tungsten atas batuan2 tersebut. Tungsten (W) adalah sebuah bahan yang sangat langka (satu gram batunya mengandung sepersepuluh juta dari satu gram Tungsten) dan, seperti emas dan logam mulia lainnya, seharusnya memasuki intinya ketika terbentuk. Seperti sebagian besar elemen2, tungsten terbentuk oleh beberapa isotop, atom dengan karakteristik kimia yang sama tetapi massa yang sedikit berbeda. Isotop2 memberikan sidik jari yang kuat terhadap asal usul materiil dan penambahan meteorit ke bumi akan meninggalkan sebuah tanda diagnostik pada komposisi isotop W nya.

Dr Willbold telah mengobservasi suatu penurunan 15 bagian per juta di kelimpahan relatif dari isotop 182W antara batuan2 Greenland dan zaman modern. Perubahan kecil tapi signifikan ini telah menunjukkan kesesuaian yang sangat baik dengan yang diperlukan untuk menjelaskan atas kelebihan emas yang mudah diakses di Bumi itu sebagai produk sampingan dari bombardir meteorit yang beruntung.

Dr Willbold berkata: “Mengekstrak tungsten dari sampel2 batuan dan menganalisis komposisi isotopiknya sampai ke presisi yang diperlukan adalah sangat menuntut mengingat jumlahnya kecil tungsten yang ada di batuan. Pada kenyataannya, kami adalah laboratorium pertama di dunia yang berhasil membuat pengukuran2 bermutu tinggi seperti ini.”

Tumbukan meteorit2 ini diaduk ke dalam mantel bumi oleh proses2 konveksi raksasa. Sebuah target yang menggiurkan untuk pekerjaan di masa depan adalah untuk mempelajari berapa lama proses ini berlangsung. Setelah itu, proses2 geologi membentuk benua2 dan mengkonsentrasikan logam2 mulia (dan tungsten) ke cadangan2 ore yang ditambang hari ini.

Dr Willbold melanjutkan: "Pekerjaan kami menunjukkan bahwa sebagian besar logam mulia di mana ekonomi kita dan banyak proses2 industri kunci ini didasarkan telah ditambahkan ke planet kita dengan kebetulan yang beruntung ketika Bumi ditabrak oleh sekitar 20 miliar miliar ton bahan asteroidal."
Penelitian ini didanai oleh Natural Environment Research Council (NERC), the Science and Technology Facilities Council (STFC) dan the Deutsche Forschungsgemeinschaft (DFG).

PERAK

Bagaimana terbentuknya Perak?


Sebagian besar logam yang sangat penting bagi kami, seperti emas, perak, tembaga, timah, seng, hadir di kerak bumi dalam jumlah yang kecil. Perak hadir karena hanya sekitar 5 bagian dalam satu juta. (Bayangkan satu juta permen  dan hanya 5 dari mereka adalah perak.)
Selain emas, yang bersifat khusus, logam lain membentuk senyawa dengan belerang, yang disebut sulfida. Jauh di dalam kerak bumi, di mana itu sangat panas, air yang asin (disebutbrine) beredar dan melarutkan logam ini, mengumpulkan mereka dan mengkonsentrasikan mereka dalam air asin panas.
Air asin bisa sepanas 350 ° C. Kadang-kadang, di dasar laut, air asin ini muncul melalui permukaan dari lubang2 kita menyebutnya ventilasi2. Ketika air asin panas bersentuhan dengan air laut dingin sulfida logam tidak bisa terlarut dan mengendap ke dasar laut sebagai berbagai macam mineral.
Tembaga diendapkan sebagai kalkopirit (tembaga sulfida), timbal sebagai galena (timbal sulfida), dan seng sebagai sfalerit (seng sulfida). Perak mengendap sebagai campuran dengan sulfida lain. Sulfida2 membangun di dasar laut di sekitar ventilasi2, seperti cerobong2 asap. Karena air tampaknya hitam dengan semua mineral di dalamnya, cerobong asap disebut Para Perokok Hitam (movie mpeg).

BOILER DAN BATUBARANYA

 Pengaruh Sifat-Sifat Batu Bara
·         Transportasi Batu Bara
·         Penyimpanan Batu Bara
·         Desain Boiler
·         Kinerja Pembakaran
·         Kinerja Penggilingan
·         Kinerja Boiler (kerugian)
·         Slagging[1]
·         Kinerja ESP
·         Usia Komponen-Komponen Boiler


Sifat-Sifat Batu Bara
·         Sifat batu bara dievaluasi dengan metode yang berbeda-beda.
·         Metode yang paling umum digunakan adalah analisis Proximate (Proksimat) dan Ultimate batu bara.
·         Analisis Proksimat memberikan Uap Air, Abu, dan Zat Volatil (Volatile Matter), sedangkan Karbon Tetap ditemukan dengan perbedaan.
·         Analisis Ultimate memberikan komposisi unsur dari batu bara.
·         Metode lain seperti analisis Macarel juga digunakan untuk pengklasifikasian batu bara dan pengevaluasian sifat batu bara.
·         Karakteristik-karakteristik fusi pada Abu diperkirakan dari Suhu Deformasi Awal, Suhu Hemisferikal (Hemispherical) dan Suhu Fusi pada abu.
·         Analisis oksida abu umumnya digunakan untuk analisis komposisi abu.
·         Analisis abu digunakan untuk menggolongkan potensi terjadinya ampas bijih (slagging) dan pemburukan (fouling) pada batu bara di boiler.
Hal-hal yang harus selalu disadari oleh seorang Insinyur Boiler......
  • Karbon tetap
adalah bahan bakar padat yang tersisa dalam tungku setelah zat volatil didistilasi. Karbon tetap sebagian besar terdiri dari karbon, tetapi juga berisi sejumlah hidrogen, oksigen, sulfur, dan nitrogen yang tidak terhalau dengan gas-gas. Karbon tetap memberikan perkiraan kasar nilai kalori pada batu bara
  • Zat Volatil (Volatile Matter)
    • Zat volatil adalah metana, hidrokarbon, hidrogen, dan karbon monoksida, serta gas tak mudah terbakar seperti karbon dioksida dan nitrogen yang ditemukan dalam batu bara. Dengan demikian, zat volatil merupakan indeks dari adanya bahan bakar gas. Rentang zat volatil pada umumnya adalah 20 sampai 35%.
    • Meningkatkan panjang api secara proporsional, dan memudahkan pembakaran batu bara.
    • Mengatur batas minimum pada tinggi dan volume tungku.
    • Memengaruhi aspek kebutuhan udara sekunder dan distribusi.
    • Memengaruhi dukungan minyak sekunder
  • Kemampuan batu bara untuk digiling
Memengaruhi kinerja penggilingan
Mengapa Insinyur Boiler ...... (lanjutan) .....
Ø  Kandungan Abu
·         Abu adalah pengotor yang tidak menyulut api. Pada umumnya berkisar antara 5 sampai 40%.
·         Mengurangi kapasitas penanganan dan pembakaran.
·         Meningkatkan biaya penanganan.
·         Mempengaruhi efisiensi pembakaran dan boiler
·         Menyebabkan terjadinya arang besi (clinkering) dan ampas batu bara (slagging)
Ø  Kandungan uap air
·         Uap air batu bara harus diangkut, ditangani, dan disimpan. Karena menggantikan zat yang mudah terbakar, maka uap air mengurangi kandungan panas per kg pada batu bara. Umumnya berkisar antara 0,5 hingga 10%
·         Meningkatkan kehilangan panas akibat penguapan dan pemanasan berlebih dari uap
·         Membantu, untuk membatasi, denda yang mengikat
·         Membantu perpindahan panas radiasi
Ø  Kandungan sulfur (BUKAN PADA ANALISIS PROKSIMAT)
·         Secara normal, umumnya berkisar antara 0,5 hingga 0,8%
·         Mempengaruhi kecenderungan clinkering dan slagging
·         Merusak cerobong asap dan peralatan lainnya, seperti pemanas udara dan alat penghemat energi
·         Membatasi suhu gas pada pipa keluaran


Seperti Apa Batu Bara India dan Internasional
Karakteristik
India
Indonesia
Afrika Selatan
Uap air total %
10 - 20
10-30
8
Abu %
25 - 50
10-15
15-17
Zat Volatil %
16 - 30
25-35
23
Karbon tetap %
24- 40
45
51
Karbon %
30 - 55
60
70-80
Hidrogen %
2 - 4
4.5
4-5%
Nitrogen %
0.7- 1.15
1
2-2.5%
Sulfur %
0.3 - 0.8
sekitar 1%
hingga 1%
Oksigen %
4-8
12
8-9%
GCV kcal/kg
2800-5000
5500
6500
Indeks abrasif
40-60
Suhu Pelunakan Abu
di atas
1300C
1350oC
13000C
HGI
50-110
Sekitar 50
Sekitar 50


Bagaimana Desain Boiler Dipengaruhi oleh Batu Bara
Ø  Berikut adalah aspek utama yang dipertimbangkan untuk Desain Boiler
·         Rasio FC / VM
·         Abu per juta Kkal
·         Suhu Deformasi Awal
·         Karakteristik Slagging pada Abu
·         Karakteristik Erosi pada Abu
Bagaimana Desain Boiler Dipengaruhi oleh Batu Bara
  • Bagian konvektif dari boiler terdiri dari bundel pipa-pipa yang besar yang diatur dalam jalur gas untuk mengekstraksi panas dari gas buang.
  • Erosi akibat abu adalah pertimbangan utama dalam bagian ini.
  • Kecepatan maksimum yang diizinkan sebanding dengan kuantitas abu dan sifat abrasif pada abu.
  • Silika dan alumina, yang sangat sering ditemui dalam batu bara India, bersifat sangat abrasif sehingga kecepatan maksimum yang diizinkan terbatas.
  • Hilangnya logam akibat erosi juga tergantung pada variasi spasial pada kecepatan.
  • Parameter batu bara yang penting untuk kecepatan maksimum yang diizinkan
  • Kandungan abu
  • Silika abu (terutama kuarsa alfa) dan alumina
Bagaimana Desain Boiler Dipengaruhi oleh Batu Bara
Ø  Tujuan dari sistem pembakaran batu bara adalah untuk memungkinkan
·         Pembakaran partikel batu bara yang sempurna
·         Membatasi pembentukan polutan seperti NOx
Ø  Sifat-Sifat Batu Bara yang Memengaruhi Pembakaran
·         Rasio Bahan Bakar (Karbon Tetap/Zat Volatil) umumnya digunakan untuk mengevaluasi kemampuan terbakar pada batu bara.
·         Analisis yang lebih maju bergantung pada analisis macarel dan reflektansi vitrinit untuk kinerja mengevaluasi pembakaran
Ø  Pengaturan Pemanasan
·         pemanasan Dinding
o   Dinding Depan
o   Pemanasan Depan dan Belakang
·         Pemanasan Tangensial
·         Pemanasan W


Ukuran Tungku Pembakaran dan Batu Bara
  • Tingkat Pelepasan Panas Volumetrik
  • Waktu Tinggal Tungku Pembakara
  • Rencana Areanya Net Heat Input per Unit
  • Tingkat Pelepasan Panas Zona Pembakar
  • Faktor Pendinginan Tungku Pembakaran
  • Suhu Gas Keluaran Tungku Pembakaran (Furnace Exit Suhu Gas/FEGT)
Semua parameter di atas dipengaruhi oleh sifat-sifat batu bara, terutama karakteristik slagging dan fouling pada batu bara.
Net Heat Input (NHI) adalah GCV pada bahan bakar yang dikurangi dengan kehilangan radiasi, kehilangan akibat bahan mudah terbakar yang tidak terbakar, uap air di udara, panas laten pada uap air dalam bahan bakar & yang terbentuk oleh pembakaran H2 dalam bahan bakar ditambah sejumlah panas dari udara pembakaran (udara primer dan sekunder), semua di atas suhu acuan.
Tungku Pembakaran
Ø  Tingkat Pelepasan Panas Volumetrik
·         Tingkat Pelepasan Panas Volumetrik adalah Panas yang dibebaskan per satuan volume di dalam zona tungku pembakaran (hingga pesawat FEGT)
·         Nilai maksimum tergantung pada karakteristik bahan bakar dan abu.
·         Namun, untuk unit-unit besar, ini bukanlah kriteria yang membatasi.
Ø  Waktu Tinggal Tungku Pembakaran
·         Waktu tinggal tungku pembakaran minimum diperlukan untuk menjamin pembakaran partikel bahan bakar yang sempurna.
·         Waktu tinggal tungku pembakaran dihitung dari pembakar atas ke keluaran tungku pembakaran (inlet dari Platen Heat Exchanger)
·         Pilihan waktu tinggal tungku pembakaran tergantung pada karakteristik dan reaktivitas pembakaran bahan bakar.
·         Rasio bahan bakar memberikan indikasi yang baik dari reaktivitas bahan bakar.
Tungku Pembakaran
Meskipun pembakaran partikel dan karakteristik pembakaran batu bara adalah kriteria desain utama, pertimbangan desain utama untuk ukuran tungku dan desain bagian konvektif adalah untuk meminimalisir masalah-masalah akibat slagging abu, fouling, dan erosi.



 







Slagging Bitumen Rendah/Menengah
 

SlaggingSub Bitumen Tinggi 
 

Slagging lignit Parah
 


 
Ukuran Tungku Pembakaran
Ø Rencana Area nya Net Heat Input ( NHI ) per Unit pada Tungku
·         Rencana Areanya Net Heat Input (NHI) per unit pada tungku pembakaran atau Rencana Are  Pemuatan adalah jumlah panas yang dilepaskan per unit bagian lintang tungku pembakaran.
·         Rencana Areanya Net Heat Input (NHI) per unit pada tungku pembakaran mencerminkan tingkat suhu dalam tungku tersebut. Rencana Areanya NHI yang tinggi per unit meningkatkan stabilitas api tetapi juga meningkatkan kemungkinan slagging di dalam tungku pembakaran.
·         Rencana  Area Pemuatan yang diijinkan tergantung pada kapasitas boiler dan suhu pelunakan (softening temperature/ST) dan komposisi abu dalam batu bara.
·         Rencana  Area Pemuatan umumnya disimpan dalam kisaran 3,9-4,9 Mkcal/m2-hr .
·         Kandungan silika dan alumina yang tinggi pada abu dalam batu bara India mengurangi kemungkinan slagging. Namun, kadar abu yang tinggi menimbulkan kemungkinan risiko selama operasi.
·         Sebuah pendekatan konservatif diperlukan untuk menghindari kemungkinan pembentukan ampas karena dapat sangat membahayakan.
Ø Burner Zone Heat Release Rate[2] (BZHRR)
·         BZHRR adalah rasio panas yang dipasok ke tungku pembakar ke area permukaan zona pembakar antara pembakar atas dan bawah.
·         BZHRR mewakili tingkat suhu dan perubahan panas puncak di wilayah pembakar.
·         Pilihan BZHRR sangat tergantung pada karakteristik slagging pada batu bara.
·         BZHRR juga memengaruhi pembentukan NOx termal dalam tungku pembakar.
Bagian-Bagian yang Bertekanan
Ø  Material
·         Korosi dari sisi bahan bakar pada bagian-bagian yang bertekanan adalah perhatian utama pada batu bara yang yang memiliki sulfur atau natrium dan klorin yang tinggi dalam abu.
·         Korosi dari sisi bahan bakar bukan merupakan perhatian utama pada batu bara India.
Ø  Pengaturan
·         Di atas IDT, endapan ampas (slag) yang menjembatani seluruh pipa-pipa merupakan kendala utama.
·         Di bawah IDT, Pemburukan (fouling) pada pipa-pip  dan kemudahan pembersihan menentukan sudut kemiringan minimum antara sambungan2.
·         Karakteristik slagging dan fouling abu sangat tergantung pada komposisi abu.


Kualitas Batu Bara dan Efisiensi Boiler
Ø  Kerugian-kerugian dari Boiler
Ø  Kehilangan Gas Kering tergantung pada
·         Suhu Gas Keluaran
·         Kelebihan Udara
Ø Kerugian akibat Uap Air dan Hidrogen dalam batu bara
·         Uap air dalam batu bara
·         Setiap kenaikan uap air 1% mengurangi Efisiensi Boiler sebesar 0,1-0,2%
Ø Hidrogen dalam Batu Bara
·         Setiap kenaikan kandungan hidrogen 1% mengurangi efisiensi boiler sebesar 1,5-2%
Ø Panas sensibel akibat abu
·         Setiap kenaikan kandungan abu 1% mengurangi efisiensi boiler kira-kira sebesar 0,02%.
Desain Komponen-Komponen Lainnya
Ø  ESP
·         Ukuran ESP terutama tergantung pada kandungan abu pada batu bara
·         Uap Air dan Hidrogen dalam batu bara juga berperan dalam ukuran ESP, karena cenderung meningkatkan volume gas.
·         Uap Air dalam gas buang mengurangi resistivitas debu sehingga meningkatkan koleksi.
·         Konstituen abu seperti Na dan sulfur dalam batu bara mengurangi resistivitas abu dan dengan demikian meningkatkan koleksi
Ø  FGD
·         Batu bara India umumnya rendah sulfur
·         Namun, berkat GCV rendah, emisi SO2 dari Pembangkit Listrik India 1500-1800 mg/Nm3, yang jauh di atas norma-norma umum di Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat
·         FGD mungkin diperlukan dalam kasus batu bara dengan tingkat belerang tinggi


Pengaruh pada Penggilingan Batu Bara
  • SUHU SALURAN KELUAR PADA PENGGILINGAN
  • AMPER MOTOR PADA PENGGILINGA
  • ALIRAN UDARA PADA PENGGILINGAN
  • USIA KOMPONEN TERPAKAI
  • PENURUNAN TEKANAN PENGGILINGAN
  • HASIL PENGGILINGAN
  • KEHALUSAN PECAHAN PENGGILINGAN
  • TINGKAT PENOLAKAN PENGGILINGAN


KURANGNYA KAPASITAS ATAU KONSUMSI DAYA YANG TINGGI
  • UAP AIR YANG TINGGI
  • GCV YANG RENDAH
  • UKURAN BATU BARA MENTAH YANG MENINGKAT
  • PENGGILINGAN YANG TERLALU HALUS
  • KEDALAMAN DASAR YANG BERLEBIHAN
  • KESALAHAN INSTRUMEN


PENOLAKAN PENGGILINGAN YANG BERLEBIHAN
  • PERUBAHAN DALAM KEMAMPUAN BATU BARA UNTUK DIGILING, SULFUR DAN ABU
  • PERBANDINGAN BATU BARA/UDARA YANG TIDAK TEPAT
  • PENGAUSAN KESENJANGAN LEHER (THROAT GAP)
PENGGILINGAN KASAR
  • PERUBAHAN DALAM KEMAMPUAN BATU BARA UNTUK DIGILING
  • UAP AIR YANG TINGGI
  • HASIL PRODUKSI YANG MENINGKAT
  • PENGATURAN PENGELOMPOKAN
  • PEMAKAIAN PENGGILINGAN


SUHU BATU BARA / UDARA YANG RENDAH
  • UAP AIR YANG TINGGI
  • SUHU SALURAN MASUK PA YANG RENDAH
  • LEWATNYA UDARA DINGIN
  • SUHU SALURAN MASUK A.H YANG RENDAH
  • TIDAK TERSEDIANYA SCAPH
PEMBAKARAN PADA PENGGILINGAN
  • VOLATIL YANG TINGGI
  • UAP AIR
  • SUHU BATU BARA/UDARA YANG RENDAH
  • KESEIMBANGAN LINTASAN PEMBAKAR

ESP
·         Untuk efisiensi pengumpulan yang ada, ukuran ESP meningkat seiring adanya peningkatan abu batu bara akibat peningkatan beban debu pada saluran masuk.
·         Pengendapan abu terbang bertambah seiring meningkatnya kandungan uap air gas buang.
·         Pengendapan abu terbang bertambah seiring meningkatnya kandungan sulfur batu bara.
·         Pengendapan abu terbang bertambah seiring meningkatnya perbandingan dasar abu terbang/asam dan peningkatan Na2O dan Li2O dalam abu.
·         Efisiensi pengendap bertambah seiring meningkatnya ukuran partikel abu terbang yang dipengaruhi oleh ukuran PF, karakteristik kemampuan melebur pada abu batu bara dan kondisi pembakaran.
 PF yang lebih kasar cenderung menghasilkan ukuran rata-rata partikel abu terbang yang lebih besar (atau diameter median massa).
SIFAT BATU BARA
PENGARUH PADA EMISI PARTIKULAT
Beban Debu
(kandungan abu)
Bertambahnya 1% beban debu akan meningkatkan emisi sebesar 1%
Aliran Gas
(nilai kalor, analisi pokok, perbandingan C/H, tingkat uap air)
Bertambahnya 1% aliran gas per unit pelepasan panas akan meningkatkan emisi sebesar 1,5%
Resistivitas abu
Sebuah perubahan resistivitas pada 1 urutan besarnya akan menyebabkan peningkatan emisi dengan faktor 2
Sulfur
Kecenderungan umum untuk mengurangi resistivitas sebagai peningkatan belerang, mungkin satu urutan besarnya per 1% perubahan sulfur.
Di bawah 1% belerang, resistivitas didominasi oleh faktor-faktor lain.


BRO COAL PROJECT

BRO COAL PROJECT

BRO COAL PROJECT

GEG

GEG

GP

CARBON COUNTER

ENERGY NEWS

NEWS

COAL PROJECT

AREA TAKE OVER

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls
Perlu Info Kontak Kami di Email kami:mars4302@yahoo.co.id Hp 082380937425