Kamis, 31 Januari 2013

MENGENAI BATUBARA LIGNITE



Batubara coklat lunak dan merupakan batubara termuda secara geologis dari semua jenis batubara

Kadang-kadang disebut "brown coal," lignit adalah batubara berkualitas terendah dan merupakan batubara yang paling rapuh. Batubara ini lebih lembut, disebut batubara geologis "muda" dan berada relatif dekat dengan permukaan bumi.

Menurut Lignite Energy Council, 13,5 persen dari batubara lignit di-gasifikasi menjadi gas alam sintetis dan 7,5 persen digunakan untuk memproduksi pupuk berbasis amonia. Dan sebagian besar digunakan untuk menghasilkan listrik. Karena tingginya relativitas berat terhadap jumlah panas, lignit biasanya digunakan dalam bentuk bubuk batubara untuk pembangkit listrik berbahan bakar batubara di dekat tambang.

Melalui proses yang disebut gasifikasi batubara, lignit dapat dipecah secara kimia untuk membuat gas alam sintetis yang menghasilkan tenaga lebih besar dan lebih mudah untuk beroperasi di pembangkit listrik skala komersial.

Nilai  Panas: Lignit memiliki nilai kalor sekitar 4.000 sampai 8.300 Btu per pound. ASTM D388 - 05 Standard Classification of Coals by Rank.

Karakteristik: Lignit mengandung tingkat karbon terendah (25 sampai 35 persen) dan tingkat kelembaban tertinggi (biasanya 20 sampai 40 persen berat, namun dapat mencapai 60 sampai 70 persen) dari semua batubara. Abu bervariasi hingga 50 persen berat. Lignit memiliki tingkat sulfur rendah (kurang dari 1 persen) dan abu rendah (sekitar 4 persen), tetapi tinggi zat volatil (32 persen dan lebih tinggi berdasarkan beratnya) dan menghasilkan tingkat emisi polusi udara yang tinggi.

Ketersediaan: Moderat. Sekitar 7 persen dari batubara yang ditambang di AS adalah lignit.

Produksi global: Menurut World Coal Association, sepuluh negara yang memproduksi brown coal adalah (dari peringkat paling sedikit): Jerman, Indonesia, Rusia, Turki, Australia, Amerika Serikat, Yunani, Polandia, Republik Ceko, dan Servia. Pada tahun 2010, Indonesia melompat ke tempat kedua dengan pertumbuhan tertinggi dalam produksi batubara ini dibandingkan negara manapun.

Meskipun ukurannya kecil, Jerman dan Indonesia menghasilkan lebih dari 160 juta ton lignit (brown coal) pada tahun 2010. Masing-masing memproduksi lebih dari 200 persen, atau lebih dari dua kali lipat output lignit dibandingkan negara lain di dunia.

Catatan tambahan: Karena kadar air yang tinggi, lignit dapat dikeringkan untuk mengurangi kadar air dan meningkatkan nilai kalor bahan bakar. Proses pengeringan membutuhkan energi, tetapi dapat juga digunakan untuk mengurangi zat volatil dan belerang.

Peringkat: Lignit menempati posisi ke-4, atau terakhir, dalam hal panas dan kandungan karbon dibandingkan dengan jenis batubara lainnya, menurut ASTM D388 - 05 Standard Classification of Coals by Rank.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih banyak atas partisipasi dan informasinya