Coal ash didefinisikan
sebagai zat organik yang tertinggal setelah sampel batubara dibakar (incineration)
dalam kondisi standar sampai diperoleh berat yang tetap. Selama pembakaran
batubara, zat mineral mengalami perubahan, karena itu banyak ash umumnya
lebih kecil dibandingkan dengan banyaknya zat mineral yang semula ada didalam
batubara. Hal ini disebabkan antara lain karena menguapnya air konstitusi (hidratasi) dan
lempung, karbon dioksida serta karbonat, teroksidasinya pirit menjadi besi
oksida, dan juga terjadinya fiksasi belerang oksida.
Ash batubara, disamping ditentukan kandungannya (ash
content), ditentukan pula susunan (komposisi) kimianya dalam analisa ash
dan suhu leleh dalam penentuan suhu leleh ash.
Abu merupakan
komponen non-combustible organic yang tersisa pada saat batubara
dibakar. Abu mengandung oksida-oksida logam seperti SiO2, Al2O3, Fe2O3, dan
CaO, yang terdapat didalam batubara. Kandungan abu diukur dengan cara membakar
dalam tungku pembakaran (furnace)
pada suhu 815°C. Residu yang terbentuk merupakan abu dari batubara.
Dalam
pembakaran, semakin tinggi kandungan ash batubara, semakin rendah panas
yang diperoleh dari batubara tersebut. Sebagai tambahan, masalah bertambah pula
misalnya untuk penanganan dan pembuangan ash hasil pembakaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih banyak atas partisipasi dan informasinya