Sabtu, 20 April 2013

UNSUR STURUKTUR GEOMETRI DALAM GEOLOGI


Salah satu unsur struktur secara geometri adalah geometri garis (struktur garis : gores, garis, perpotongan dua bidang, dan lainnya ).
Dalam gologi struktur dapat dibedakan menjadi “struktur garis riil” dan “struktur garis semu”. Yang di maksud dengan struktur garis riil adalah struktur garis yang arah dan kedudukannya dapat diamati langsung di lapangan, seperti contohnya gores garis yang terdapat pada bidan sesar. Sedangkan struktur garis semu adalah semua struktur garis yang arah atau kedudukannya ditafsirkan dari orientasi unsur – unsur struktur yang membentuk kelurusan atau liniasi. Misalnya : liniasi fragmen breksi sesar, liniasi mineral – mineral dalam batuan beku, arah liniasi struktur sedimen (cross bedding, flute cast) dan sebagainya.
Berdasarkan saat pembentukannya, struktur garis dapat dibedakan menjadi “struktur garis primer” yang meliputi : liniasi atau penjajaran mineral – mineral pada batuan beku tertentu, dan arah liniasi struktur sedimen; serta struktur garis sekunder yang meliputi : gores garis, liniasi memanjang fragmen breksi sesar, garis poros lipatan dan kelurusan – kelurusan dari topografi, sungai dan sebagainya.
Kedudukan struktur garis dinyatakan dengan istilah – istilah : “arah penunjaman” (trend), “penunjaman” (plunge), “arah kelurusan” (bearing) dan Rake atau Pitch.



Definisi  istilah - istilah dalam struktur garis :
Arah penunjaman (trend):
Jurus dari bidang vertical yang melalui garis dan menunjukkn arah penunjaman garis tersebut, dimana hanya menunjukkan satu arah tertentu. 
Arah kelurusan (bearing) :
Jurus dari bidang vertical yang melalui garis tetapi tidak menunjukkan arah penunjaman garis tersebut, dimana menunjukkan arah – arah dimana salah satu arahnya merupakan sudut pelurusannya.
Rake (Pitch) :
Besar sudut antara garis dengan garis horizontal yang di ukur pada bidang dimana garis tersebut terdapat. Besarnya rake sama dengan lebih kecil sembilan puluh derajat.

 

Langkah kerja 03.1.

1.      Menetukan arah utara.
2.      Diukur bidang sesar dengan kedudukan N 005o E / 45dari arah utara, untuk buka Dip buat Fl yang tegak lurus sesar kemudian cari sudut 45dan tarik garis. Inilah besar Dip.
3.      Buat garis sejajar sesar dengan penarikan setiap kenaikan 1 cm dari Fl dan sudut dip, sebanyak tiga garis.
4.      Buat bearing N 135o E, dari arah sesar
5.      Pakai jangka di 45o ke titik ks 2 diatas di hubungkan ke Fl, dengan garis putus – putus.
6.      Titik perpotongan hangka tadi dengan Fl tarik garis sejajar Ks atau sesar dengan garis putus – putus.
7.      Dari garis putus – putus sejajar ks tadi di tarik garis tegak lurus yang di hubungkan dengan perpotongan bearing dan ks, kemudian tarik garis. Besar rake diukur dari bidang sesar sampai garis yang dibuat ini.
8.      Untuk menentukan plunge, tariklah garis sepanjang 1 cm dari titik perpotongan ks 2 dengan bearing dan tegak lurus bearing kemudian tarik garis, dari sini kita dapat menetukan besar plunge. 
 

Langkah kerja 03.2.

1.      Menetukan garis utara.
2.      Buat garis dengan arah N 048o E / 30o NW ( N 228o E / 30o ) pada ketinggian 800 mdpl, kemudian membuat Fl  yang sejajar dengan garis strike  dan cari dip sebesar 30.
3.      Tariklah garis dai setiap kenaikan 1 cm dari dua garis yaitu Fl dan dip sebanyak tiga garis kemudian diberi nitasi ketinggiannya.
4.      Dari strike tersebut dibuat garis dengan Azimuth N 130E (dari arah utara), dengan panjang garis 7 cm, dan buat Fl dan tentukan Dip sebesar 50o  kemudian hubungkanlah titig ketinggian 800 mdpl pertama dengan yang kedua ini.
5.      Dari FL dan garis dip tadi, buatlah garis yang sejajar strike kedua ini dengan penarikan garis setiap kenaikan 1 cm dari Fl dan garis dip sebanyak 3 garis.
6.      Garis Ks yang pertama dengan Ks yang kedua ini cari perpotongannya, lalu dihubungkan dengan garis dan inilah yang dinamakan dengan bearing.
7.      Buat garis putus – putus dari strike pertama, dari titik dip 30o tarik garis putus – putus dengan jangka pada Ks 700 sehingga memotong Fl, lalu tarik garis putus – putus sejajar Ks.
8.      Begitu juga dengan strike yang kedua, dari titik dip 50 tarik garis putus – putus dengan jangka pada Ks 700 sehingga memotong Fl, lalu tarik garis putus – putus sejajar Ks.
9.      Rake A diperoleh dari penarikan garis tegak lurus garis putus – putus yang di buat pada dip 30o  dan dihubungkan dengan bearing yang perpotongan ks 700 lalu tarik garis sehingga besar Rake A dapat di baca dari  sudut antara Ks 700 dengan penarikan garis ini tadi.
10.  Rake B diperoleh dari penarikan garis tegak lurus garis putus – putus yang di buat pada dip 50o   dan dihubungkan dengan bearing yang perpotongan Ks 700 lalu tarik garis sehingga Rake B dapat dibaca dari sudut antara Ks 700 dengan penarikan garis ini tadi.
11.  Untuk mencari besarnya plunge, buat garis sepanjang 1 cm tegak lurus dengan bearing Ks 700 dan tarik garis, besar plunge dapat di baca dari garis bearing dengan penarikan garis ini tadi.


KESIMPULAN

1.      Dari perpotongan dua bidang dapat di tentukan unsur – unsur struktur garis dengan menggunakan proyeksi garis.
2.      Hasil perpotongan dua bidang dapat dibuat kedudukan struktur garis dalam kenampakan 3 dimensi.
3.      Dengan aplikasi metode grafis I untuk struktur garis, dapat memecahkan masalah – masalah struktur garis dalam penetuan plunge dan rake sebuah garis pada suatu bidang. 

0 komentar:

BRO COAL PROJECT

BRO COAL PROJECT

BRO COAL PROJECT

GEG

GEG

GP

CARBON COUNTER

ENERGY NEWS

NEWS

COAL PROJECT

AREA TAKE OVER

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls
Perlu Info Kontak Kami di Email kami:mars4302@yahoo.co.id Hp 082380937425